Fenomena Murtad dalam Pandangan Muhammadiyah
Ngaji Disertasi di Malam Jum’at
UM Surabaya

Ada tiga hal penting yang menjadi kajian terkait diskursus fenomena murtad dalam pandangan Muhammadiyah. Pertama, ditemukan pemikiran elite Muhammadiyah Jawa Timur memandang fenomena murtad beragam (variatif).

“Keragaman tersebut terpotret berkembangnya dengan wacana kebebasan beragama (freedom of religion), makna ayat “la Ikraha fi addin”, sikap terhadap murtad keluarga atau orang lain, wacana hukum mati murtad, faktor pendorong murtad, UU Murtad dan sikap dakwah Muhammadiyah terhadap murtad,” ujar Dr. Sholikhul Huda, M.Fil.I (Sekretaris Direktur Pascasarjana UMSurabaya), dalam acara Ngaji Disertasi seri perdana diadakan secara online, Kamis (16/3/2023) mulai pukul 19.30 hingga 21.30 .

Ngaji Disertasi terebut digelar Pusat Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Islam (P3MI) Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) itu, diselenggarakan setiap bulan di malam Jumat.

Tema perdana, Fiqih Murtad (Diskursus Fenomena Murtad dalam Pandangan Muhammadiyah). Acara ini dimoderatori oleh Dr. Muhammad Hambal Shafwan, Lc. M.Pd.I (Direktur eksekutif P3MI).

Sholihul mengungkapkan faktor kedua, yakni ditemukan tiga tipologi pemikiran elit Muhammadiyah Jawa Timur memandang murtad, yaitu tipologi pemikiran liberal-inklusif, fundamentalis-eksklusif, dan reformis-didaktik.

“Dari ketiga tipologi pemikiran di atas, ditemukan kecenderungan besar adalah pemikiran liberal-inklusif dalam memahami murtad. Ragam pemikiran tersebut disebabkan latar sosio-kultural dan sosiologi-pengetahuan elit Muhammadiyah Jawa Timur berbeda,” jelasnya.

Dan dari kedua temuan di atas, imbuh Sholihul, menunjukkan bahwa pemikiran Islam di Muhammadiyah berkembang dinamis.

Dr. Muhammad Hambal Shafwan menambahkan, pembahasan tentang murtad ini penting untuk dikaji oleh setiap muslim untuk memastikan bahwa ia betul-betul masih berada dalam agama Islam yang diridhoi oleh Allah ini.

“Bahkan pembahasan ini semakin menarik saat munculnya sekelompok aliran ekstrem yang mudah memurtadkan atau mengkafirkan orang lain,” katanya.

Oleh karena itu, timpal dia, dalam hal ini perlu dikaji bagaimana pandangan Muhammadiyah sebagai organisasi yang dikenal dengan pemikiran moderat dan wasathiyah (pertengahan).

Ngaji Disertasi ini digelar dalam upaya untuk menghidupkan tradisi keilmuan di pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) dan untuk memberikan pencerahan kepada kaum muslimin pada umumnya.

Juga untuk memberikan jembatan kepada para mahasiswa untuk menggali pengalaman dan bertanya kepada para ahli yang telah berada di puncak menara gading keilmuan. (Muh Hambal Shafwan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini