Falsafah Pohon Pisang dalam Berjamaah
foto: worldatlas.com
UM Surabaya

*) Oleh: Zainal Arifin,
Anggota KMM PDM Sampang

عَنِ جابر، رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ : قال رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Jabir radhiyallau ‘anhuma bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (Hadis dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ (no. 3289).

Secara tabiat, rasanya pohon pisang begitu menyelami dan konsisten dengan hadis di atas. Mengapa?

Mari kita perhatikan, orientasi beramal, berkarya dan memberi sumbangsih nyata adalah tabiat pohon pisang.

Salah satu keunikan pohon pisang, bila ia belum berbuah, maka ia akan terus tumbuh dan berkembang sampai berbuah. Bahkan kalau pohon itu ditebang, ia akan tumbuh lagi sampai besar dan memberikan buah.

Demikian seterusnya, ia tak akan pernah bosan untuk terus berusaha dan berkarya.

Ayat kauniyah ini menjadi ibrah nyata bagi penguatan etos kerja jamaah dalam sebuah gerakan dakwah termasuk Persyarikatan Muhammadiyah ini.

Menukil perkataan KH Prof. Haedar Nashir, bahwa kunci keberlangsungan Muhammadiyah, Islam, bahkan bangsa ini terletak pada rekonstruksi kader penerus.

Sehingga dalam sebuah gerakan dakwah kader memiliki peran penting karena merekalah yang akan mewarnai dan menjadi warna di masa yang akan datang.

Masih menurut beliau, bahwa Allah memberikan dua peran kepada manusia. Pertama, yakni sebagai abdullah atau hamba Allah, yaitu manusia yang selalu taat kepada Tuhan tanpa syarat. Kemudian yang kedua adalah sebagai khalifah di bumi.

“Seorang muslim tidak hanya harus baik tapi juga bisa berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Itulah yang dimaksudkan dalam hadis sebagai manusia terbaik, yaitu manusia yang bermanfaat,” ungkap dia.

Bagaimana akhir kehidupan sebuah pohon pisang?

Setelah berhasil memberikan prestasi dengan buahnya, pohon itu akan menjalani sisa hidupnya secara alami, dengan tetap menyiapkan dirinya untuk dimanfaatkan sesuai dengan kemampuannya seiring dengan usia yang kian renta. Ada daunnya, ada gedebongnya dan lain sebagainya.

Orang yang ingin hidup bersyarikat/berjamaah harus lebih dahulu berpikir apa yang bisa diberikan untuk jamaah, meskipun rintangan dan tantangan selalu mengitarinya. Jangan berpikir apa yang bisa ia dapatkan dari jamaah.

Kiai Ahmad Dahlan mengeluarkan adagium,“Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”

Artinya, orang harus punya etos kehidupan di Muhammadiyah itu sehingga dia tidak menjadi tangan di bawah, tapi harus menjadi tangan di atas.

Kalau toh bekerja di AUM, maka hal itu dilatari oleh prinsip profesionalitas dan konsekuensinya ia harus turut membangun dan membesarkan AUM tersebut untuk dakwah Islam dan tajdid Muhammadiyah.

Pohon pisang mudah dijumpai di sekitar kita, semoga ruh militansi dalam hati, akal pikiran dan gerak langkah kita sebagaimana tabiat pohon pisang tersebut. Amin.

Wallahu A’lam bisshawab. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini