Berdoalah pada Waktu yang Mustajab
foto: muslimmatters.org
UM Surabaya

Musim kemarau perlahan telah berlalu, berganti dengan musim hujan. Suatu hal yang patut untuk disyukuri karena Allah Azza wa Jalla masih menurunkan rahmat-Nya kepada kita…

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa kemarau akan menimpa suatu kaum yang bermaksiat kepada Allah Azza wa Jalla.

Sedangkan hujan yang diturunkan kepada mereka merupakan rahmat Allah Azza wa Jalla kepada hewan ternak. Asy Syaukani dalam Nailul Authar 4/26 mengatakan,

أَنَّ نُزُولَ الْغَيْثِ عِنْدَ وُقُوعِ الْمَعَاصِي إنَّمَا هُوَ رَحْمَةٌ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى لِلْبَهَائِمِ

“Sesungguhnya turunnya hujan tatkala maksiat tersebar hanyalah rahmat dari Allah Azza wa Jalla kepada hewan ternak.” Akankah kita mau berpikir?”

Terkait dengan hujan, seorang muslim selayaknya mengetahui berbagai adab yang telah dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hujan turun.

Beliau telah memberikan teladan kepada umatnya dalam seluruh perkara, tidak terkecuali dalam permasalahan ini.

Bahkan setiap Muslim patut mengetahui berbagai tuntunan syariat dalam setiap perkara agar mampu mengamalkannya, sehingga pahala akan senantiasa mengalir kepada dirinya ketika Allah Azza wa Jalla menurunkan hujan-Nya ke permukaan bumi…

Pertama, takut dan khawatir terhadap siksa Allah Azza wa Jalla. Ummul Mukminin ‘Aisyah radliallahu ‘anha pernah berkata,

ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم مستجمعا ضاحكا حتى أرى منه لهواته إنما كان يبتسم قالت وكان إذا رأى غيما أو ريحا عرف ذلك في وجهه فقالت يا رسول الله أرى الناس إذا رأوا الغيم فرحوا رجاء أن يكون فيه المطر وأراك إذا رأيته عرفت في وجهك الكراهية ؟ قالت فقال يا عائشة ما يؤمنني أن يكون فيه عذاب قد عذب قوم بالريح وقد رأى قوم العذاب فقالوا هذا عارض ممطرن

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat lidahnya, beliau hanya tersenyum.

Apabila beliau melihat awan mendung dan mendengar angin kencang, maka wajah beliau akan segera berubah.

‘Aisyah berkata kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah aku memperhatikan apabila manusia melihat awan mendung, maka mereka bergembira karena mengharap hujan akan turun.

Namun, aku memperhatikan dirimu, jika mendung datang, kegelisahan nampak di wajahmu? ‘Aisyah berkata, “Maka rasulullah pun menjawab, “Wahai ‘Aisyah tidak ada yang dapat menjaminku, bahwa awan tersebut mengandung azab.

Sungguh suatu kaum telah diazab dengan angina kencang sedangkan mereka mengatakan, “Inilah awan yang akan mengirimkan hujan kepada kami.” (QS. Al Ahqaaf: 24, HR. Muslim no. 899)

An Nawawi rahimahullah mengatakan:

فيه الاستعداد بالمراقبة لله والالتجاء إليه عند اختلاف الأحوال وحدوث ما يخاف بسببه وكان خوفه صلى الله عليه وسلم أن يعاقبوا بعصيان العصاة وسروره لزوال سبب الخوف

“Dalam hadis ini terkandung anjuran untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla dan berlindung pada-Nya tatkala terjadi perubahan cuaca dan nampak penyebab sesuatu yang ditakutkan.

Rasa takut beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut karena khawatir umat beliau akan diazab dengan sebab kemaksiatan yang dilakukan oleh para pelaku maksiat dan beliau akan kembali gembira ketika sebab yang menimbulkan ketakutan telah berlalu (dalam hal ini awan mendung dan angin kencang).” (Syarh Shahih Muslim 6/196)

Kedua, berdoa ketika turun hujan. Apabila hujan turun maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa.

Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat hujan, maka beliau berdoa dengan lafadz,

اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Ya Allah, turunkanlah hujan yang baik dan bermanfaat.” (HR. Bukhari nomor 1032)

Imam Asy Syafi’i menyebutkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اطْلُبُوا اسْتِجابَةَ الدُّعاءِ عِنْدَ التقاءِ الجُيُوشِ وَإقامَةِ الصَّلاةِ وَنُزُولِ الغَيْثِ

“Bergegaslah berdoa di waktu yang mustajab, yaitu ketika bertemunya dua pasukan di medan pertempuran, ketika salat hendak dilaksanakan, dan turunnya hujan.” (Imam Ibnul Qayyim juga menyebutkan hal ini dalam kitabnya Zaadul Ma’ad,1/439)

Ketiga, memperbanyak rasa syukur kepada Allah Azza wa Jalla. Bumi yang semula tandus akan kembali subur ketika hujan membasahinya, hal ini merupakan salah satu nikmat Allah Azza wa Jalla yang diturunkan kepada para hamba-Nya dan patut disyukuri. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (١٢)

“Bersyukurlah kepada Allah dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman: 12)

Imam An Nawawi dalam Al Adzkar (1/182) berkata,

ويستحب أن يشكر الله سبحانه وتعالى على هذه النعمة ، أعني نزول المطر.

“Dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah atas curahan nikmat ini, yaitu nikmat diturunkannya hujan.”

Keempat, mengguyur sebagian badan dengan air hujan. Dari Anas radliallahu ‘anhu, dia berkata,

أصابنا ونحن مع رسول الله صلّى الله عليه وسلّم مطر، قال: فحسر رسول الله صلّى الله عليه وسلّم ثوبه حتى أصابه من المطر، فقلنا يا رسول الله لم صنعت هذا؟ قال: “لأنه حديث عهد بربه

“Hujan mengguyur kami beserta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap sebagian bajunya sehingga hujan membasahi sebagian tubuhnya.

Kami bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal itu? Beliau menjawab, “Aku melakukannya karena hujan tersebut adalah rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah.” (HR. Muslim no. 898)

An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim 6/196 mengatakan:

معنى حديث عهد بربه أي بتكوين ربه اياه ومعناه أن المطر رحمة وهي قريبة العهد بخلق الله تعالى لها فيتبرك بها وفي هذا الحديث دليل لقول أصحابنا أنه يستحب عند أول المطر أن يكشف غير عورته ليناله

“Makna dari ucapan beliau ‘حديث عهد بربه’ adalah hujan ini semata-mata dibentuk oleh Rabb-nya, maksudnya adalah hujan tersebut adalah rahmat yang baru saja diciptakan Allah Azza wa Jalla, maka beliau ber-tabarruk dengannya.

Hadis ini merupakan dalil bagi pendapat rekan-rekan kami (para ulama bermazhab Syafii) yang menyatakan bahwa dianjurkan menyingkap bagian tubuh selain aurat ketika permulaan hujan agar hujan mengguyur tubuhnya.”

Muhammad bin Abu Bakr Az Zur’i juga menyebutkan hal yang senada dalam kitabnya Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khairil ‘Ibad (1/439)

Kelima, berzikir setelah turunnya hujan. Hal ini berdasarkan kandungan yang tersirat dalam hadits Zaid bin Khalid Al Jahni radliallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ

“Hujan diturunkan kepada kami dengan karunia dan rahmat-Nya.” (HR. Bukhari no. 1038, Muslim no. 71)

Keenam, berdoa agar cuaca dicerahkan kembali. Apabila hujan turun dengan derasnya dan dikhawatirkan membawa mudarat, maka kita dianjurkan untuk berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar cuaca dicerahkan kembali.

Sebagaimana hadis Anas, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa dengan lafaz:

اَللَّهُمَّ حَوَالِيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ، وَالجِْبَالِ، وَاْلظَرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Ya Allah turunkanlah hujan di daerah sekitar kami, bukan di daerah kami. Turunkanlah hujan di perbukitan, pegunungan, di lembah-lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR. Bukhari no. 933, Muslim no. 897)

Ketujuh, berdoa ketika mendengar petir. Dari Abdullah ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendengar suara petir, maka beliau berujar,

اَللَّهُمَّ لاَ تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلاَ تُهْلِكُنَا بَعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

“Ya Allah, janganlah Engkau hancurkan kami dengan kemarahan-Mu dan janganlah Engkau binasakan kami dengan azab-Mu, selamatkanlah diri kami sebelum hal tersebut terjadi.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad nomor 721, Tirmidzi nomor 3450, Hakim 4/286)

Dari Abdullah ibnuz Zubair radliallahu ‘anhu dengan status mauquf, bahwasanya beliau tatkala mendengar petir berdoa dengan doa berikut,

سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمُدِهِ، وَاْلمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

“Maha Suci Allah, di mana petir bertasbih dengan memuji-Nya, dan juga malaikat karena takut akan kemarahan-Nya.”

(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 723; Malik no. 180 1; Ibnu Abi Syaibah no. 29214, 29216 dengan sanad yang sahih). (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini