Perkembangan Budaya Menafsirkan Alquran di Lingkungan Muhammadiyah
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syamsul Anwar di UM Surakarta.
UM Surabaya

Tafsir At Tanwir menjadi penting karena Muhammadiyah memiliki dasar ajaran yang kuat dalam Alquran dan As-Sunnah. Sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar dan tajdid, pemahaman Alquran melalui tafsir merupakan langkah strategis untuk melaksanakan misi dan tugas gerakan Persyarikatan.

Dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Sabtu (11/11/2023), Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syamsul Anwar mengatakan bahwa ada dua corak tafsir di lingkungan Muhammadiyah.

Corak pertama yaitu Tafsir Tatbiqi: yaitu tafsir dalam bentuk kegiatan nyata yang terinspirasi dari Alquran .Corak pertama, Tafsir Tatbiqi, memberikan penekanan pada implementasi ajaran Alquran dalam bentuk kegiatan nyata.

Sebagai contoh nyata, KH. Ahmad Dahlan menginspirasi tafsir ini melalui tindakan nyata seperti menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Tafsir Tatbiqi menggambarkan kesesuaian antara ajaran suci dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Corak kedua, Tafsir Maktub, mencerminkan warisan pemikiran yang tertuang dalam tulisan. Salah satu tafsir tertua atau generasi pertama, “Tafsir Al-Qoerän,” selesai hanya dalam 1 juz, menjadi bukti kontribusi tulisan dalam mengartikan Alquran di lingkungan Muhammadiyah.

Menggunakan sumber-sumber tafsir dari berbagai zaman, tafsir ini menunjukkan keanekaragaman pendekatan dalam menggali pemahaman ajaran suci.

Misalnya, tafsir ini menggunakan sumber-sumber tafsir cukup banyak, baik yang tua maupun modern. Referensi yang paling tua ialah Tafsīr at-Tusturī, ditulis oleh Abū Muḥammad Sahl Ibn ‘Abdillāh at-Tusturī (w. 283/896).

Sementara kitab tafsir paling muda yang menjadi rujukan ialah Jawāhir al-Qurān (1359/1940) dan Tafsīr Al-Manār (1358/1939). Selain itu juga menggunakan sumber-sumber non tafsir seperti kalam, tasawuf, fikih, dan lain-lain.

Tafsir generasi kedua, seperti Tafsir Tematik Al-Quran Tentang Hubungan Sosial Antarumat Beragama, menciptakan ketegangan dan kontroversi di kalangan warga Muhammadiyah. Meskipun ditolak oleh sebagian, tafsir ini memberikan pemahaman mendalam mengenai hubungan antarumat beragama dalam konteks Alquran.

“Tafsir generasi kedua ini merupakan tafsir yang cukup kontroversial yang ditolak sebagian warga Muhammadiyah. Terlepas dari itu, ini perlu dibuka lagi bagi yang akan menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan antar umat beragam,” ucap Syamsul.

Syamsul mengungkapkan bahwa dalam Tafsir Tematik Al-Quran Tentang Hubungan Sosial Antarumat Beragama ini memuat empat tema utama, di antaranya: Tentang prinsip-prinsip hubungan antar umat beragama; Menjaga hubungan baik dan Kerjasama antar umat beragama; Tentang Ahli Kitab; dan Perkawinan Beda Agama Dalam Al-Quran.

Generasi selanjutnya, Tafsir At-Tanwir, yang masih dalam proses penyusunan, diarahkan sebagai tafsir tahlili kum tematis dari al Fatihah hingga Al-Nas. Tahlil kum tematis adalah pendekatan dalam penafsiran Alquran yang fokus pada analisis tema atau isu tertentu yang merentang dari surah Al-Fatihah hingga Al-Nas.

Dalam konteks Tafsir At-Tanwir, pendekatan ini bertujuan untuk menggali makna dan petunjuk Al-Quran terkait tema-tema spesifik secara mendalam.

Dengan pendekatan tahlili kum tematis, tafsir ini menetapkan empat etos, yaitu 1) etos ibadah, yakni membangkitkan ibadah spiritual sekaligus sosial; 2) etos ekonomi, yakni hendaknya menjadikan manusia berdisiplin, menghormati waktu, bekerja profesional, tidak menjadi manusia yang merugi, dan lain-lain; 3) etos sosial, yakni menyemarakkan infak, zakat, hibah, wakaf dan lain-lain dengan berprinsip pemberdayaan sosial; dan 4) etos keilmuan, yakni menggairahkan kembali wacana keilmuan di antara kaum beriman.

Sesuai namanya, At-Tanwir diharapkan menjadi oase yang mencerahkan, mengiringi agenda pencerahan yang menjadi fokus Muhammadiyah di abad kedua.

Proyek menggarap Tafsir At-Tanwir lengkap 30 juz ini dicanangkan akan selesai tahun 2027 mendatang sebagai kado 1 abad berdirinya Majelis Tarjih dan Tajdid. Sejak 2018 hingga saat ini, Tafsir At-Tanwir menjadi bahasan tema bersambung “Pengajian Tarjih” pada setiap Rabu malam. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini