Berjihad Sesuai Tupoksi Dan Kapasitas
foto: medium.com
UM Surabaya

*) Oleh: Zainal Arifin,
Anggota Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Sampang

Surat Al-‘Ankabut Ayat 69, Allah SWT berfirman:

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Apakah Jihad bermakna Perang? Bagaimana saat tiada perang? Adakah makna lain selain perang? Berikut sebagian pendapat para mufasir terkait ayat tersebut.

1. Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Al Baghawi dan at Thabari rahimahumullah menyatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah berjihad melawan kaum musyrikin untuk mencari keridaan Allah.

2. Mereka adalah Rasulullah Saw, para sahabat dan pengikut beliau hingga hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak sembarang orang mampu berjihad. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa istikamah berada dalam barisan Rasulullah dan para sahabatnya.

3. Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dengan sanad dari Ahmad bin Abi al Hawari, ia berkata, Abbas al Hamdani Abu Ahmad telah mengabari kami tentang firman Allah SWTini beliau berkata:

“(Mereka adalah) orang-orang yang mengamalkan apa-apa yang mereka ketahui, maka Allah memberi bimbingan terhadap apa-apa yang mereka belum ketahui.”

4. Maknanya adalah mereka orang-orang yang bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu bahwa beliau berkata, “Orang-orang yang berjihad dalam melaksanakan ketaatan di jalan Kami (yakni jalan Allah), akan Kami tunjukkan jalan-jalan untukmendapatkan pahala.”

5. Al Qurthubi berkata, “ Ini dengan makna ketaatan secara umum yang berarti mencakup seluruh pendapat.”

6. Al Fudhail bin Iyyad berkata, “Yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, akan Kami tunjukkan jalan-jalan untuk mengamalkannya.”

7. Berkata pula Sahl bin Abdillah, “Yaitu orang-orang yang berjihad dalam menegakkan sunah, akan Kami tunjukkan jalan menuju jannah (surga).”

8. Syaikh Abdurrahman as Sa’di dalam tafsirnya berkata, “Mereka adalah orang-orang yagn berhijrah di jalan Allah, berjihad melawan musuh-Nya, dan mengerahkan segala kemampuannya dalam mencari keridaanNya, maka akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Merekalah para muhsinin (orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan).”

Beberapa penafsiran di atas tidaklah saling bertentangan, justru saling menguatkan dan melengkapi.

Mereka menyebutkan jihad dengan makna perang dan tidak mengkhususkan hanya dalam perkara perang, namun perang sebagai salah satu jenis amalan jihad tersebut.

Jadi jihad dalam ayat di atas meliputi seluruh daya dan kemampuan yang dikerahkan oleh seorang muslim dalam menjalakan ketaatan kepada Allah SWT.

Baik berperang melawan kaum kuffar, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, menuntut ilmu syar’i, menegakkan sunah Rasulullah saw.

Dengan syarat dalam mengamalkan semua itu harus ditopang dengan ilmu yang benar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.

Sebab barangsiapa berjihad dengan tidak mengikuti petunjuk Rasulullah, maka tindakan itu akan menjerumuskannya ke dalam kesesatan dan penyimpangan.

Mari kita berjihad (olah kemampuan) diri semaksimal mungkin dalam beriman (menuntut ilmu), berjihad dalam mengamalkan ilmu sebagai konsekuensinya, berjihad dalam mendakwahkan ilmu dan amal serta berjihad untuk senantiasa sabar dan istikamah dalam ketaatan kepadaNya.

Berjihad secara proporsional, sesuai tupoksi dan kapasitas kita, itulah yang terbaik, sehingga diri ini mampu berbuat baik dengan berkesinambungan (istikamah).

Dari istikamah itulah lahirlah karomah (kemuliaan) yang Allah berikan baik di dunia terlebih nanti di yaumul qiyamah. Amin.

Wallahu A’lam bisshawab. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini