Muhammadiyah Tantang Komitmen Capres-Cawapres Wujudkan Cita-Cita Kemerdekaan Indonesia
Para pimpinan Muhammadiyah bersama pasangan Anies Baswedan - Muhaimin iskandar.
UM Surabaya

Rangkaian Uji publik Muhammadiyah bagi tiga Capres-Cawapres Pemilu 2024 dimulai hari ini, Rabu (22/11) di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) untuk pasangan calon (paslon) nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Mengawali dialog, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan hadirin bahwa Indonesia dibangun di atas dua hal oleh para pahlawan dan founding fathers.

Pertama, fondasi filosofi, cita-cita ideal, dan bangunan sistem yang kokoh lewat Pancasila dan UUD 1945. Kedua, jiwa keteladanan, alam pikiran kenegarawanan, orientasi dan pengkhidmatan yang terinternalisasi dalam diri para tokoh bangsa di masa awal kemerdekaan.

Pada bagian pertama, Sukarno menyebut gagasan pembangunan Indonesia harus berada dalam koridor “philosofische grondslag”. Supomo menyebut Indonesia yang dibangun bukan hanya ragad fisik belaka, melainkan “Indonesia yang Bernyawa”. Sedangkan Ki Bagus Hadikusumo menyebut cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan “Indonesia yang jaya”.

Sedangkan pada bagian kedua, yaitu jiwa keteladanan dan alam pikiran kenegarawanan, menurut Haedar telah merata ditampilkan oleh para tokoh bangsa secara inklusif dan melampaui.

Memberi contoh, Haedar menyebut Kiai Ahmad Dahlan, Nyai Walidah, Kiai Hasyim Asy’ari bertindak bagi kepentingan seluruh bangsa Indonesia, bukan untuk umat Islam saja. Demikian pula berbagai tokoh dengan latar belakang keturunan, suku dan agama yang sama-sama bergerak untuk Indonesia.

“Kesimpulannya, di samping fondasi nilai yang kokoh, pemikiran yang besar, para pendiri Indonesia punya jiwa kenegarawanan dan pengkhidmatan yang melampaui segalanya,” kata Haedar.

Dua hal di atas, menurutnya menjadi tantangan yang mesti dipahami oleh setiap pasangan Capres-Cawapres untuk mewujudkan Indonesia yang maju namun tetap dalam jatidirinya sendiri. Dialog dan uji publik ini, juga diharapkan Haedar menjadi tolak ukur bagi masyarakat sebelum menentukan pilihan Capres-Cawapres pada Pemilu 2024 secara selektif.

“Nah hari ini kita berdialog dengan Capres-Cawapres dan kita sadar ke depan Indonesia tidak mudah karena pondasi yang diletakkan tadi dalam perjalanan 78 tahun kemerdekaan di samping ada banyak kemajuan, dalam catatan Muhammadiyah masih ada stagnasi atau kemandegan, masih ada erosi atau peluruhan, dan masih ada distorsi atau deviasi, penyimpangan dari cita-cita, jiwa, pikiran, dan fondasi besar yang telah diletakkan oleh para pendiri Indonesia itu,” imbuhnya.

“Maka semua Capres-Cawapres lewat Muhammadiyah kita ajak untuk mendiskusikan secara serius persoalan bangsa dan Indonesia ke depan agar mereka betul-betul pondasinya kokoh, pengkhidmatannya luar biasa, dan jiwa kenegarawarannya teruji. Dan saya yakin dialog juga akan memberi ruang bagi kita untuk tidak asal pilih, tidak asal memilih tanpa kesadaran literasi politik yang cerdas,” tegas Haedar. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini