Keutamaan Jujur dan Bahaya Sikap Dusta
foto: stock.adobe.com
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Perilaku jujur adalah perilaku yang teramat mulia. Di zaman sekarang ini, perilaku ini amat sulit kita temukan.

Sekarang saja di perkantoran, di pasaran, di berbagai lingkungan kerja, perilaku jujur ini hampir usang.

Justru di negeri ini untuk urusan birokrasi sering kali dipersulit dengan kedustaan sana-sini, yang ujung-ujungnya bisa mudah jika ada uang pelicin.

Pun juga di pasar, para pedagang banyak bersumpah untuk melariskan barang dagangannya dengan promosi yang penuh kebohongan.

Pentingnya berlaku jujur, itulah yang akan penulis utarakan dalam episode hari ini.

Jujur berarti berkata yang benar yang bersesuaian antara lisan dan apa yang ada dalam hati. Jujur juga secara bahasa dapat berarti perkataan yang sesuai dengan realitas dan hakikat sebenarnya. Kebalikan jujur itulah yang disebut dusta.

Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At Taubah: 119)

Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman:

“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.”
(QS. Muhammad: 21)

Dalam hadis dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta.

Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga.

Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.

Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka.

Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”

Begitu pula dalam hadis dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:

“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”

Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.

Dari Rifa’ah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan transaksi jual beli.

Beliau lalu menyeru, “Wahai para pedagang !” Orang- orang pun memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau.

Lantas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur.” (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini