Kisah Ubay bin Khalaf yang Mengejek Rasulullah
UM Surabaya

Ubay bin Khalaf adalah seorang dari pemuka Quraisy Musyrikin yang sangat benci kepada Nabi Muhammad saw dan seruannya.

Pada suatu hari ia datang kepada Rasulullah dengan membawa tulang-tulang binatang yang sudah kering. Setelah ia bertemu dengan Rasulullah lalu ia berkata:

“Hai Muhammad, betulkah engkau berkata: “Kalau orang sudah mati akan hidup lagi?. Nabi saw menjawab: “Ya, betul begitu”.

Ia lalu mematah-matahkan tulang-tulang yang dibawanya itu sambil berkata: “Engkau pendusta ! Mana mungkin, orang yang sudah hancur lalu dapat hidup lagi. Adakah tulang ini kelak akan hidup lagi ?”

Ia menunjuk kepada tulang-tulang itu, dan berkata lagi: “Engkau memang ada-ada saja, dan macam-macam yang kamu kemukakan kepada kami !”

Rasulullah dengan tenang menjawab: “Ya, ia pasti hidup lagi. Allah yang menghidupkannya. Dialah yang menghidupkan kamu, lalu mematikan kamu, lalu menghidupkan kamu lagi kelak. Dia Maha Kuasa. Kemudian Dia memasukkan kamu ke dalam api neraka jahannam !”.

Ia berkata lagi kepada Rasulullah dengan congkaknya : “Tidak akan mungkin, tulang yang sudah rusak dan hancur akan hidup lagi. Itu kan anggapanmu sendiri”.

Ketika itu Rasulullah diam, lalu turunlah wahyu Allah kepada beliau:

اَوَلمَْ يَرَاْلاِنْسنُ اَنـَّا خَلَـقْنهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ. وَ ضَرَبَ لَنَا مَثَلاً وَّ نَسِيَ خَلْقَه قَالَ مَنْ يُحْيِ العِظمَ وَ هِيَ رَمِيْمٌ. قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْ اَنـْشَأَهَا اَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٍ. اَلَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ اْلاَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا اَنــْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ. اَوَلَيْسَ الَّذِىْ خَلَقَ السَّموتِ وَاْلاَرْضَ بِقدِرٍ عَلى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلى وَهُوَ اْلخَـلّقُ اْلعَلِيْمُ. اِنَّمَآ اَمْرُه اِذَا اَرَادَ شَيْئاً اَنْ يَّقُوْلَ لَه كُنْ فَيَكُوْنُ. فَسُبْحنَ الَّذِىْ بِيَدِهِ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْئٍ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ. يس:77-83

“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata !”.

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata : “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh ?”

Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.

Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu ? Benar. Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.

Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya : “Jadilah !”, maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya Kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Yaasiin: 77- 83)

Setelah turun wahyu itu, Rasulullah lalu membacakan ayat-ayat itu, sebagai jawaban perkataan Ubay bin Khalaf tadi. Namun ia tetap tidak percaya juga.

Hidayah memang datangnya dari Allah taala, tetapi seseorang jangan berperilaku sombong dan congkak sehingga hidayah susah menembus hatinya. Kasus sebaliknya terjadi pada Abu Bakar Ash Shidiq. Ketika masuk Islam Nabi bersabda sebagai berikut:

مَا دَعَوْتُ اَحَدًا اِلىَ اْلاِسْلاَمِ اِلاَّ كَانَتْ لَهُ كَبْوَةٌ غَيْرَ اَبِى بَكْرٍ.

“Tidaklah saya mengajak seseorang kepada Islam melainkan ada padanya maju-mundurnya, kecuali Abu Bakar.”

Maksudnya: Rasulullah ketika mengajak seseorang untuk mengikut Islam, mesti orang itu ada keraguan, kecuali Abu Bakar RA. Beliau ketika mengikut Islam adalah sudah dengan keinsyafan dan keyakinan sendiri, tidak ada rasa bimbang atau ragu sedikit pun.

Diriwayatkan: Pada suatu hari sahabat Abu Bakar RA dan Rasulullah serta para pengikut beliau (kaum muslimin) pergi ke masjid.

Setelah mereka duduk bersama di masjid. Abu Bakar mohon izin kepada Rasulullah untuk berdiri di tengah masjid dan berseru kepada kaum Musyrikin Quraisy agar supaya mereka itu sadar dan mau menerima seruan Allah dan Rasul-Nya.

Di kala itu Rasulullah menjawab : “Kita masih sedikit, hai sahabatku! Kita masih sedikit hai Abu Bakar!” Berkali-kali beliau mengatakan demikian kepada Abu Bakar RA.

Namun kelihatan oleh beliau bahwa Abu Bakar sangat berkeinginan hendak berdakwah. Oleh sebab itu kehendaknya yang baik itu akhirnya diizinkan oleh beliau SAW.

Kemudian Abu Bakar berdiri ditengah-tengah masjid, lantas berpidato dengan suara keras menyeru kepada kaum musyrikin Quraisy supaya mengikut seruan Allah dan Rasul-Nya, sedangkan Rasulullah di kala itu tetap duduk bersama-sama dengan kaum muslimin.

Setelah orang-orang musyrikin Quraisy mendengar seruan Abu Bakar tersebut, mereka lalu datang mengeroyoknya. Mereka terus menerus memukulinya.

Dan akhirnya Abu Bakar tidak kuat menolak dan menahan pukulan-pukulan mereka sehingga beliau jatuh.

Ketika beliau mencoba hendak melarikan diri, dengan segera beliau ditangkap oleh ‘Utbah bin Rabi’ah seorang pemuka kaum musyrikin Quraisy, lalu beliau dibanting sehingga jatuh lagi, lalu diinjak-injaknya dengan sandalnya.

Tiba-tiba pada saat itu datanglah sekelompok orang dari keturunan keluarga Taimy yang masih musyrik juga. Kedatangan mereka itu sengaja hendak menolong beliau. Dengan segera mereka mencegah kaum musyrikin Quraisy memukuli Abu Bakar.

Lantaran itu terlepaslah beliau dari penganiayaan kaum musyrikin Quraisy yang sangat kejam itu. Kemudian beliau dibawa pulang oleh sekelompok orang dari keturunan Taimy tersebut ke rumah Abu Quhafah, ayah beliau.

Setelah itu mereka lalu kembali ke masjid untuk menemui kaum musyrikin Quraisy yang telah memukuli Abu Bakar, dan di antara mereka ada yang berkata:

“Demi Allah! Jika sekiranya Abu Bakar mati terbunuh olehmu, kami harus membunuh ‘Utbah sebagai balasan kami kepadamu”.

Kemudian mereka kembali lagi ke rumah Abu Quhafah, untuk menengok keadaan Abu Bakar, adakah beliau sampai tewas atau tidak.

Di situ mereka bercakap-cakap dengan ayah dan ibu beliau. Dan keduanya sangat berduka cita, karena melihat Abu Bakar banyak mendapat luka.

Dengan taqdir Allah tidak lama kemudian, Abu Bakar sembuh dari luka-luka itu dan beliau sehat kembali.

Selama dalam keadaan sakit itu, beliau selalu menanyakan keadaan diri Nabi SAW. Maka setelah dia sehat kembali, segeralah ia bersama-sama dengan ibunya pergi ke rumah Rasulullah karena khawatir kalau-kalau diri Rasulullah juga dianiaya sebagaimana dia sendiri.

Demikianlah cinta kasih Abu Bakar RA kepada Rasulullah. Dan ketika Abu Bakar sampai di rumah Rasulullah maka dipeluklah ia oleh Rasulullah.

Dan pada waktu itu juga ibunya Abu Bakar menyatakan beriman dan mengikut seruan Rasulullah dengan ikhlas. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini