Menanam Pohon Tauhid Dalam Hati
foto: aljumuah.com
UM Surabaya

Hati ibarat ladang. Ia dapat ditanami rupa-rupa tumbuhan dan pepohonan. Buah dan hasil tanam kita dari ladang itu, akan tergantung pada benih yang kita semai pada musim tanam ini.

Jangan berharap buah yang segar, lezat dan mengeyangkan, jika yang kita tanam adalah benih tanaman yang berbuah pahit dan beracun.

Tanamlah padanya pohon yang kuat, akarnya mencengkeram dalam ke tanah, batangnya kokoh, ranting-rantingnya banyak, dan berbuah setiap saat.

Pohon seperti itulah yang kita perlukan dalam ladang hati kita. Cukup satu batang pohon saja, namun segala kebaikan akan kita petik darinya.

Tidak perlu menanam yang lain, karena pohon itu tidak akan tumbuh dalam satu ladang bersama pohon-pohon yang lain. Pohon itu bernama tauhid, yang termuat dalam kalimat laa ilaaha illallaah.

Allah Ta’ala berfirman:

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ ٢
تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ ٢٥

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap saat dengan seizin Tuhannya.

Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim: 24-25)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu tentang firman Allah (yang artinya), “perumpamaan kalimat yang baik.” adalah syahadat laa ilaaha illallaah. “seperti pohon yang baik.”

Ia adalah seorang mukmin. “akarnya teguh.” adalah laa ilaaha illallaah yang ada dalam hati seorang mukmin. “dan cabangnya (munjulang) ke langit.” maksudnya amal seorang mukmin akan diangkat ke langit dengan kalimat itu.” [1]

Begitulah Allah memperumpamakan tauhid dalam hati seorang mukmin. Ibarat pohon yang akarnya menghujam kuat ke dalam, cabangnya menjulang ke langit dan berbuah setiap saat.

Akarnya Kuat

Akarnya yang kuat menunjuk makna bahwa tauhid bukanlah sekedar kata-kata tanpa arti. Dalam sanubari, keimanan kita terhadap kandungan tauhid harus benar-benar kokoh.

Segala makna dan konsekuensi yang termuat dalam kalimat laa ilaaha illallaah itu wajib terpancang dalam-dalam di hati kita sebagai keyakinan yang sedikit pun tidak terkotori keraguan.

Dan saat itulah, kalimat laa ilaaha illallaah yang kerap meluncur dari lisan kita sebagai zikir kita setiap hari itu akan memberi kita keberuntungan di dunia dan akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanggil salah seorang sahabatnya:

“Wahai Abu Hurairah, pergilah dengan kedua sandalku ini, siapa saja yang engkau temui di belakang kebun ini yang bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah seraya meyakininya, berilah kabar gembira dengan surga.” [2]

Dalam kesempatan yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Syafaatku kelak berlaku untuk siapa saja yang bersaksi bahwa tidak ada yang disembah selain Allah dengan ikhlas, hatinya membenarkan lisannya dan lisannya pun membenarkan hatinya.” [3]

Cabangnya Menjulang

Sementara cabangnya yang menjulang ke langit menunjuk makna bahwa tauhid harus tegak memberi dampak pada penunaian rukun dan syaratnya.

Amal-amal kebaikan yang terus terangkat ke langit menjadi bagian dari bukti keteguhan tauhid dalam hati.

Akhlak terpuji dan adab yang tinggi tidak henti meroket ke atas menuju Allah azza wa jalla, menjadi taburan pahala yang banyak di sisi-Nya.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy rahimahullah saat menafsirkan ayat diatas berkata, “Dan cabangnya berupa kata-kata yang baik, amal saleh, akhlak terpuji dan adab yang tinggi berada di langit, senantiasa naik kepada Allah.” [4]

Dua Hal Penting Yang Harus Diresapi

Syaikh Abdurrahman Shaleh al Mahmud hafidzahullah berkata, “Penyerupaan kalimat tauhid dengan sebuah pohon sesungguhnya menjelaskan kepada kita dua hal penting yang harus diresapi oleh setiap mukmin:

Pertama, pohon yang telah ditanam itu harus senantiasa disiram. Begitu pun dengan tauhid, ia harus selalu disiram dengan iman dan amal saleh yang mendekatkan diri kita kepada Allah Ta’ala.

Kalimat tauhid ini sangat memerlukan siraman dan pemeliharaan dari seorang yang telah beriman.

Kedua, pohon itu bisa ditumbuhi benalu-benalu yang dapat merusaknya. Oleh karena itu, pohon tersebut harus senantiasa dibersihkan.

Kalimat laa ilaaha illallah juga terkadang dicampuri oleh macam-macam kesyirikan, dicampuri riya, ketergantungan kepada selain Allah dalam sejumlah perkara, kurangnya ketawakalan, atau terkadang tathayyur. [5]

Maka, seorang mukmin sangat perlu untuk selalu menjaganya dengan sungguh-sungguh, sehingga kalimat tauhid miliknya dapat selamat. Kemudian ia pun menjadi orang yang benar-benar meyakini dan mengimaninya, tidak tercampuri syirik besar ataupun kecil.” [6]

Pohon yang Buruk

Jika bukan pohon tauhid yang kita tanam, dengan sendirinya akan tumbuh dalam hati kita pohon yang buruk, yang digambarkan oleh Allah dalam Alquran, “dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.”

Syaikh As Sa’dy rahimahullah berkata, “Maksudnya, tidak punya akar yang menguatkannya dan tidak berbuah yang baik.

Jika pun berbuah, buahnya buruk. Begitu pula kalimat kekufuran dan kemaksiatan, ia tidak teguh bermanfaat dalam hati, ia hanya menghasilkan perkataan yang buruk dan perbuatan yang buruk, yang membahayakan pemiliknya dan tidak memberi manfaat.

Darinya, tidak akan naik kepada Allah amal kebaikan yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.” [7]. (*/tim)

[1] Tafsir al Qur`an al Adzim: 4/608

[2] HR Muslim: no 52, 31.

[3] HR Ahmad dalam musnadnya: 2/307

[4] Taisir al Karim al Rahman, hal. 425.

[5] Tathayyur adalah menganggap suatu kesialan dalam suatu fenomena yang terjadi. Seperti dalam burung yang terbang ke suatu arah.

[6] Dalam ceramah bertajuk, “Atsaru At Tauhid.”

[7] Taisir al Karim al Rahman, hal. 425.

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini