Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ
“Tidak ada salat bagi yang tidak ada wudu. Tidak ada wudu bagi yang tidak membaca bismillah di dalamnya.” (HR. Abu Daud, no. 101 dan Ibnu Majah, no. 399).
Kalau dilihat dari hadis-hadis yang ada yang semisal dengan hadis di atas, dapat dikatakan bahwa hadisnya saling menguatkan satu dan lainnya.
Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Nampak bahwa dilihat dari berbagai macam jalur, hadis yang membicarakan anjuran bismillah saat wudu saling menguatkan, yang menunjukkan adanya ajaran akan hal itu.” (Talkhish Al-Habir, 1:128).
Sebagian ulama men-dhaif-kan hadis di atas, namun dari berbagai jalur, hadis menjadi kuat.
Sedangkan penafian (peniadaan) yang disebutkan dalam hadits adalah kesempurnaan.
Jadi maksudnya adalah tidak sempurna wudunya. Karena ada hadis-hadis yang membicarakan tentang wudu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti hadis ‘Abdullah bin Zaid, ‘Utsman bin ‘Affan, dan juga Ibnu ‘Abbas, tidak menyebutkan bismillah di dalamnya.
Sehingga penafian yang ada dimaknakan, tidak sempurna. Jadi tetap ada anjuran membaca bismillah di awal wudu, namun tidak menunjukkan wajib.
Ulama Syafi’iyah dan mazhab Imam Ahmad berpendapat bahwa membaca bismillah pada awal wudu termasuk perkara sunah.
Jika lupa membacanya di awal wudu, maka boleh dibaca kapan pun saat wudu sebelum wudu selesai.
Jika meninggalkan membaca bismillah karena lupa, maka sah wudunya. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News