Umrah, Ka'bah dan Panggilan Profetik
Furkan Abidin Ali. foto; dok/pri
UM Surabaya

*) Oleh: Furkan Abidin Ali, S.H.I
Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim

Pekan lalu, saya telah menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci. Ini merupakan ibadah umrah yang kedua bagi saya. Tentu, saya merasa sangat bersyukur dan beruntung bisa menjalaninya.

Pengalaman ibadah umrah merupakan panggilan Allah yang tidak sembarang hamba kecuali yang dikehendaki-Nya.

Ibadah umrah bahkan haji yang notabene membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama, ternyata tidak hanya dinikmati oleh mereka kaum aghniya, namun juga dinikmati oleh orang-orang yang secara finansial masih terbatas.

Tidak sedikit dari mereka mendapatkan hadiah umrah dari anak dan kerabatnya, atau dari orang-orang dermawan yang tidak ada hubungan kekeluargaan dengannya.

Sebagian besar dari orang-orang yang mendapat panggilan Allah ini adalah orang-orang yang keseharian hidupnya banyak mengabdi untuk tegaknya agama Islam. Semisal guru ngaji, marbot masjid, dan orang-orang yang senantiasa menyiarkan agama-Nya.

Panggilan Allah itu termaktub dalam Alquran:

وَاَ ذِّنْ فِى النَّا سِ بِا لْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَا لًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَا مِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS. Al-Hajj : 27)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid bahwa dahulu mereka tidak berkendaraan. Maka Allah menurunkan ayat ini. Memerintahkan mereka membawa bekal serta membolehkan mereka naik kendaraan dan membawa barang dagangan.

Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa perintah Allah dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi Ibrahim as yang baru saja selesai membangun Ka’bah.

Pendapat ini sesuai dengan ayat ini, terutama jika diperhatikan hubungannya dengan ayat-ayat yang sebelumnya.

Ayat ini menyuruh orang-orang musyrik itu mengingat peristiwa ketika Allah memerintahkan Ibrahim menyeru manusia agar menunaikan ibadah haji.

Allah sudah menyebarluaskan panggilan ini kepada seluruh umat manusia sejak ribuan tahun lalu oleh Nabi Ibrahim as dan dilanjutkan oleh Rasulullah saw. Panggilan ini akan tetap ada sampai akhir zaman.

Perintah ini telah dilaksanakan oleh Rasulullah bersama para sahabat dengan mengerjakan haji wada`, sebagaimana tersebut dalam hadis:

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهُ قَالَ خَطَبَنَا رَسُوْلُ الله صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَااَيُّهَا النَّاسُ, اِنَّ الله َقَدْ فَرَضَ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحَجُّوْا. (رواه احمد)

“Dari Abi Hurairah, ia berkata, “Rasulullah telah berkhotbah di hadapan kami, beliau berkata, “Wahai sekalian manusia Allah telah mewajibkan atasmu ibadah haji, maka kerjakanlah ibadah haji.” (HR. Aḥmad)

Bagi para mufassirin, umrah dinamai haji kecil. Karena umrah dilakukan tanpa wukuf. Di samping itu, tata cara pelaksanaan umrah juga hampir sama dengan haji.

Umrah atau Haji Dulu?

Daftar antrean haji yang panjang dan biaya yang cukup mahal, sedang hati telah bergejolak rindu mengunjungi Kota Haramain, membuat sebagian muslim lebih memilih melaksanakan umrah terlebih dahulu dibanding melaksanakan ibadah haji.

Terlebih ibadah umrah dapat dilaksanakan kapan pun sedangkan Haji hanya pada bulan Dzulhijah.

Ikrimah bin Khalid yang bertanya kepada sahabat Nabi yang lain, yaitu Ibnu Umar perihal status kebolehan umrah sebelum ibadah haji.

أَنَّ عِكْرِمَةَ بْنَ خَالِدٍ سَأَلَ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنِ الْعُمْرَةِ قَبْلَ الْحَجِّ، فَقَالَ : لَا بَأْسَ. قَالَ عِكْرِمَةُ : قَالَ ابْنُ اعْتَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ أَنْ يَحُجَّ

“Bahwa Ikrimah bin Khalid bertanya kepada Ibnu Umar RA tentang melaksanakan umrah sebelum haji. Maka Ibnu Umar menjawab, “Tidaklah mengapa.” Ikrimah berkata, berkata Ibnu Umar RA, “Nabi saw melaksanakan umrah sebelum haji.” (HR Bukhari no 1651)

Kegembiraan Umrah

Akhir-akhir ini, orang-orang sedang gencarnya melaksanakan ibadah umrah. Ada yang dengan biaya sendiri atau mendapatkan hadiah umrah, atau menjadi pembimbing jamaah umrah (team leader).

Ketika proses umrah manusia banyak berzikir dan melakukan ritual ibadah yang menggembirakan jiwa.

Hal ini digambarkan Allah SWT dalam firman-Nya:

لِّيَشْهَدُوْا مَنَا فِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْۤ اَ يَّا مٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَ نْعَا مِ ۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَ طْعِمُوا الْبَآئِسَ الْفَقِيْـرَ

“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al-Hajj : 28)

Lantaran itulah pelaksana umrah berlomba menawarkan berbagai program. Baik dengan harga terjangkau maupun dengan harga tinggi.

Kesemuanya itu dalam rangka melayani dengan sebaik-baiknya agar jamaah umrah bisa melaksanakan ibadahnya dengan nyaman sesuai tuntunan profetik.

Pembimbing umrah yang dipilihkan oleh pelaksana umrah (travel) juga tidak sembarang orang. Karena mereka bertanggung jawab terhadap jamaah atas kenyamanan ibadah mereka.

Mau umrah? Berdoa dan bertawakallah kepada Allah SWT. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini