Senantiasa Mengingat Allah dalam Setiap Keadaan
foto: reuters
UM Surabaya

Betapa sangat banyak karunia dan nikmat yang telah Allah Azza wa Jalla berikan kepada hamba-hamba-Nya.

Bahkan jika seluruh air lautan dijadikan tinta untuk menuliskan nikmat-nikmat Allah Azza wa Jalla, maka sampai seluruh air lautan itu habis pun masih belum cukup untuk menuliskan semuanya.

Karena itu, sudah sepantasnya bagi seorang hamba yang beriman untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.

Bersyukur adalah cara seorang hamba untuk berterima kasih kepada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya.

Rasa syukur merupakan bentuk pengakuan seorang hamba bahwa ada keterlibatan Allah Azza wa Jalla di balik setiap nikmat yang diterimanya…

Bersyukur merupakan bukti bahwa seseorang begitu cinta dan ridha terhadap Sang Pemberi nikmat, Allah Azza wa Jalla.

Jika ada kecintaan dan keridaan di dalam hati seseorang, maka ia akan senantiasa bersyukur, sekecil apapun nikmat yang diterimanya.

Berbeda jika seseorang sudah dikuasai oleh keangkuhan, maka sebesar apapun nikmat yang diterimanya, ia tetaplah ingkar dan menafikan peran Allah Azza wa Jalla di balik semua itu. Ia merasa bahwa semua itu adalah hasil jerih payahnya sendiri.

Allah Azza wa Jalla secara tegas menyampaikan tentang perlakuan berbeda yang akan diterima antara mereka yang senantiasa bersyukur dan mereka yang selalu ingkar terhadap nikmat-Nya.

Bahwa siapa yang pandai bersyukur, maka Allah Azza wa Jalla berjanji akan menambahkan nikmat kepadanya, dan barang siapa yang kufur nikmat, maka ingatlah sesungguhnya siksa Allah Azza wa Jalla sangat pedih bagi mereka yang ingkar,

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

“Maka ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (Q.S Al-Baqarah: 152)

Pusatnya kebahagiaan itu terletak di hati, dan apabila telah dipenuhi oleh cahaya keimanan sesuai petunjuk Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, maka dia akan bahagia di dunia dan di akhirat.

Ketika itu dia akan senantiasa mengingat Allah Azza wa Jalla dalam setiap keadaan, hatinya akan sangat lembut, dan air mata pun akan bercucuran, karena selalu disibukkan oleh tobat atas dosa-dosanya,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمۡ وَحُسۡنُ مَـَٔابٖ

“Orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’du: 29)

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,

فما أذنب عبد ذنبا إلا زالت عنه نعمة من الله بحسب ذلك الذنب، فإن تاب ورجع رجعت إليه أو مثلها، وإن أصر لم ترجع إليه، ولا تزال الذنوب تزيل عنه نعمه حتى تسلب النعم كلها.

“Tidaklah seorang hamba melakukan sebuah dosa, kecuali akan lenyap darinya sebuah kenikmatan dari Allah sesuai dengan besarnya dosa tersebut.

Jika dia bertobat dan kembali kepada Allah maka nikmat tersebut atau yang semisal dengannya akan kembali kepadanya.

Namun jika dia terus menerus melakukan dosa maka nikmat tersebut tidak akan kembali kepadanya, dan dosa itu akan terus melenyapkan sebuah kenikmatan dari seorang hamba hingga mencabut semua kenikmatan.” (Thariqul Hijratain Karya Ibnul Qayyim). (tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini