Beberapa waktu silam, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menghadiri acara Inter-religious Convention 2023 di Johannesburg, Afrika Selatan. Dalam forum internasional itu, ia menyampaikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai Muhammadiyah terutama dalam bidang pendidikan, kesetaraan, dan kemanusiaan.
Salah satu pencapaian signifikan yang diungkapkan oleh Mu’ti adalah adanya tujuh kampus Muhammadiyah yang mayoritas dihuni oleh kalangan non-Muslim, terutama dari komunitas Kristen. Fenomena ini menciptakan varian baru di dalam Muhammadiyah yang diberi nama Krismuha, singkatan dari Kristen Muhammadiyah.
Frasa ini mencerminkan sikap toleransi yang diterapkan oleh Muhammadiyah, di mana berbagai agama dapat hidup bersama dan belajar di lingkungan kampus Muhammadiyah.
“Semua orang (yang hadir di forum itu) heran sama Muhammadiyah, kok bisa begitu. Di antara peserta yang hadir ada yang usul, bisakah Muhammadiyah diterapkan di negara lain. Mereka itu gumum (heran) dengan Muhammadiyah,” tutur Mu’ti dalam rangkaian acara Milad Universitas Ahmad Dahlan yang ke-63 di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Selasa (12/12/2023).
Dalam ceramahnya, Mu’ti menyampaikan bahwa sebelum ke Johannesburg, ia sempat mampir ke Ethiopia, sebuah negara di Afrika Timur. Di sana, Mu’ti bertemu dengan pimpinan Ethiopian Islamic Affairs Supreme Council dan berbagi tentang capaian Muhammadiyah di bidang pendidikan dan toleransi.
Respon dari tokoh Muslim Ethiopia tersebut, kata Mu’ti, sangat mengejutkan. “Jangankan melakukan, mikir pun kami tidak bisa seperti itu,” ujar tokoh tersebut.
Hal menggambarkan sejauh mana keunikan dan keberhasilan Muhammadiyah dalam menerapkan konsep pendidikan dan toleransi.
Mu’ti melanjutkan ceritanya, menggambarkan situasi di Ethiopia di mana warung milik seorang Muslim akan memiliki pelanggan yang mayoritas adalah Muslim, begitu juga dengan warung milik seorang Kristen. Fenomena ganjil ini menunjukkan tingkat toleransi dan keharmonisan yang tercipta di tengah masyarakat Ethiopia.
“Tapi poinnya adalah bagaimana model Muhammadiyah ini banyak menginspirasi kaum muslimin di negara lain, yang kadang-kadang sebagian warga Muhammadiyah tidak yakin dengan apa yang dicapainya itu,” ungkap Mu’ti.
Ia kemudian mendorong mahasiswa-mahasiswa dari Afrika untuk belajar tentang Islam di Indonesia, menekankan bahwa nilai-nilai keberagaman dan keberhasilan Muhammadiyah bisa memberikan inspirasi positif di dunia internasional.
Menurut Mu’ti, berbagi pencapaian Muhammadiyah dalam forum internasional adalah bagian dari tahadduts bi al-ni’mah, yakni saling berbagi nikmat, dan bukan tindakan riya.
“Kalau pun ada yang menganggap ini riya, anggaplah ini riya al-hasanah,” ujar Mu’ti dengan nada humor, yang disambut dengan gelak tawa dari hadirin. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News