Ilustrasi foto: iStockphoto.com
UM Surabaya

Perjalanan suci yang panjang dan menjanjikan kemuliaan yang agung, umumnya mendatangkan kelelahan dan kejenuhan.

Hal ini terkadang membuat kebanyakan manusia kehilangan kesadaran hingga beralih kepada aktivitas lain sehingga memutus mata rantai ibadah suci yang telah dilakukan sebelumnya.

Dalam bulan Ramadan yang di dalamnya dijanjikan mendapatkan kemuliaan berupa pengampunan dan pembersihan dosa, tidak sedikit membuat kaum muslimin terlalaikan.

Ketidakkonsistenan kaum muslimin dalam menyelesaikan bulan Ramadan hingga akhir, berimplikasi tidak ada adanya perubahan kualitas dan spirit agamanya.

Kondisi demikian, menjadikan Ramadan berjalan begitu saja, sebagaimana bulan-bulan lain tanpa mengubah kualitas pribadinya ke arah yang lebih baik.

 

Keuntungan Besar

Bulan suci Ramadan menjanjikan keuntungan besar bagi hamba-hamba-Nya yang mengisi bulan Ramadan dengan berbagai amal kebaikan.

Kalau di awal Ramadan, banyak kaum muslimin meningkat kuantitas keagamaannya.

Masjid meluber dan kaum muslimin memakmurkannya dengan salat berjamaah dan salat tarawih.

Tidak sedikit di antara kaum muslimin yang memanfaatkan masjid dengan membaca Alquran serta mengisi hari-harinya dengan kajian dan ceramah.

Namun keadaan ini mulai mengalami penurunan, di mana ketika memasuki masa-masa pertengahan hingga akhir Ramadan, sebagian besar kaum muslimin mulai merasakan kejenuhan dan kelelahan.

Masjid mulai berkurang jumlahnya, dan yang ramai bergeser ke mal dan pasar-pasar yang menjual barang-barang untuk menyambut hari raya.
Mereka mulai mengurangi aktivitas mereka di masjid, dan mengisinya dengan kegiatan yang dipandang lebih menggembirakan.

Saat seperti inilah yang disebut futur, di mana mulai lelah, loyo dan tak bergairah menyelesaikan Ramadan yang ibadah-ibadah yang lebih berkualitas.

Akhir-akhir Ramadan terdapat salah satu malam yang memiliki kemuliaan yang amat agung.

Malam ganjil di akhir Ramadan yang terdapat malam yang sangat istimewa, berupa malam yang lebih baik daripa 1000 bulan.

Keadaan futur inilah perlu spirit sehingga terpulihkan, sehingga membuat kita lebih bersemangat untuk mengisi akhir Ramadan dengan ibadah yang lebih berkualitas dan berbobot.

Layak mengutip ucapan Syaikh Shalih Al-Ushaimi, seorang pengajar di masjidil Haram, yang mengatakan kalimat indah berikut:

إِذَا وَجَدْتَ فُتُوْرًا فِيْ رَمَضَانَ فَحَرِّكْْ هِمَّتَكَ بِتَذْكِيْرِ نَفْسِكَ أَنَّهُ أَيَّامٌ مَعْدُوْدَاتٌ، وَأَنَّ فِيْ صِيَامِهِ وَقِيَامِهِ أُجُوْرًا وَافِرَاتٍ، وَأَنَّ العَمَلَ فِيْهِ يَذْهَبُ بِذَهَابِهِ، فَإِنْ لَمْ يُغْتَنَمْ فَلَا سَبِيْلَ لِلَحَاقِهِ، فَاصْبِرْ وَأَدْرِكْ مَا بَقِيَ مِنْهُ قَبْلَ فَوَاتِهِ.

“Jika engkau mendapati futur di bulan Ramadhan, Maka bangkitkan semangatmu dengan mengingat bahwa Ramadhan hanya terdiri dari beberapa hari. Sesungguhnya pada puasa dan qiyamnya terdapat pahala yang berlimpah ruah, sedangkan amal di dalamnya akan pergi dengan perginya bulan tersebut. Jika ia tidak dimanfaatkan maka tidak ada cara untuk menggapainya kembali. Dengan itu, bersabarlah dan gapai apa yang tersisa darinya sebelum ia hilang dan berlalu darimu.” (Syaikh Shalih Al-Ushaimi)

 

Tiga Pesan Penting

Pernyataan emas ini dari Syaikh Shalih Al-Ushaimi sangat berharga sehingga bisa memberi lampu cahaya untuk bersemangat menyelesaikan Ramadan.

Pernyataan pengajar Universitas Madinah itu setidaknya mengandung tiga pesan penting.

Pertama, membangkitkan semangat menyambut beberapa hari saja. Ramadan tidak beberapa hari, tidak lama sehingga semangat harus dipompa.

Malam-malam kemuliaan akan hilang bersamaan dengan terbitnya matahari, dan itu berjalan sangat cepat.

Oleh karenanya, membangkitkan semangat sangat penting sehingga pribadi-pribadi muslim akan tetap memakmurkan masjid, membaca Alquran serta mendalami isinya.

Kedua, pahala agung. Dalam bulan suci Ramadan ini pahala dilipatgandakan.

Allah sendiri yang membalas ibadah hamba-Nya yang berpuasa. Bahkan orang yang berdiri menegakkan salat di malam-malam yang sangat mendebarkan akan terangkat derajatnya.

Dikatakan mendebarkan bahwa Allah akan menawarkan malam istimewa yang memiliki kemuliaan.

Dikatakan malam kemuliaan karena terdapat amalan yang lebih baik daripada 1000 bulan.

Ketiga, bulan Ramadan akan sirna. Bulan mulia ini akan hilang dan pergi. Sayang apabila hilang begitu saya tanpa bisa menyapa dengan amalan-amalan maksimal.

Kalau bisa diibaratkan, Ramadan seperti seorang gadis yang sangat cantik dengan akhlak yang mulia.

Hampir semua pemuda mendambakannya. Bagaimana kalau gadis itu datang, dan kita membiarkannya.

Tentu ketika gadis itu bergi berlalu tanpa kita sambut, maka orang lain akan menilai kita sebagai lelaki yang tidak normal atau tidak wajar.

Keempat, bersabar dalam menggapainya. Kesabaran merupakan nilai yang sangat berharga.

Kesabaran inilah yang menjadi nilai plus para nabi dan rasul. Mereka sabar menerima risalah dan menyampaikan kepada umatnya.

Mereka pun sabar dalam kelelahan dalam menyampaikan ajaran ini kepada umatnya.

Dalam menyampaikan risalah kepada umatnya, mereka menerima cobaan berupa godaan cemoohan dan gangguan.

Mereka pun diganggu dan difitnah hingga mengalami pengusiran dan pembunuhan.

Sementara kita sebagai kaumnya, hanya menjalankan risalah dengan berpuasa dan memakmurkan malam-malam terakhir dengan ibadah-ibadah dan berbuat baik.

Terlebih lagi dalam menyelesaikan akhir-akhir Ramadhan ini tidak ada gangguan.

Masjid aman, dan menyediakan kemudahan dan berbagai fasilitas yang mempermudah ibadah kita.

Tidak sedikit masjid yang menyediakan ruang untuk i’tikaf, menyediakan makanan dan minuman untuk berbuka puasa dan sahur.

Tidak sedikit di antara masjid yang difasilitasi dengan perangkat fisik dan ruhani. Perangkat fisik berupa AC sehingga ibadah semakin khusyuk.

Difasilitasi perangkat ruhani karena masjid mendatangkan para imam dan da’i yang memberikan bekal ilmu agama.

Akhir Ramadan benar-benar kesempatan untuk mendapat emas dan mutiara, yang mengantarkan kita menuju surga karena kesalahan kita telah mengalami pengampunan.

Ketika pengampun itu diperoleh maka muncul generasi profetik, karena telah mendapatkan kemuliaan yang langsung datang dari Penguasa dan Pemelihara penduduk langit dan bumi.(*)

Penulis:  Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini