Hindari Self Diagnosis dalam Mengatasi Gangguan Mental
Webinar Kebidanan Nasional 2023 yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
UM Surabaya

Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, masyarakat dihimbau untuk lebih berhati-hati terhadap perilaku self diagnosis atau diagnosa diri sendiri yang dapat membahayakan diri sendiri.

Selain itu, penting untuk membuka percakapan mengenai kesehatan mental tanpa rasa takut atau stigma.

Pakar kesehatan mental ‘Aisyiyah Cesa Septiana Pratiwi menerangkan bahwa self diagnosis, dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Tindakan ini cenderung meningkatkan tingkat kecemasan dan ketakutan yang sebenarnya tidak perlu.

Seseorang yang melakukan self diagnosis seringkali merasa terjebak dalam jerat pikiran negatif, membuatnya enggan untuk mencari bantuan profesional.

“Self diagnosis ini perlu dihindari karena berpotensi meningkatkan kecemasan,” tutur Cesa dalam acara Webinar Kebidanan Nasional 2023 “Mental Health Awareness to Save the Future of Indonesian Youth” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Sabtu (23/12/2023).

Pentingnya mencari bantuan dari ahli kesehatan mental tidak bisa dipandang sebelah mata. Menurut Cesa, orang yang melakukan self diagnosis mungkin akan menghindari konsultasi dengan profesional, yang pada akhirnya dapat memperburuk kondisi kesehatan mental mereka.

Penggunaan obat-obatan tanpa pengawasan profesional juga menjadi risiko yang tak terhindarkan, mengingat setiap gangguan mental memiliki pendekatan dan penanganan yang berbeda.

Menurut Cesa, langkah yang tepat adalah mencari pertolongan sejak dini. Mengatasi gangguan mental memerlukan bantuan dan dukungan dari ahli kesehatan yang berpengalaman. Mencari pertolongan pada tahap awal dapat mencegah masalah menjadi lebih serius dan membantu individu dalam memahami serta mengelola kondisi kesehatan mental mereka.

Penting untuk membuka percakapan mengenai kesehatan mental tanpa rasa takut atau stigma. Carilah waktu yang tenang tanpa gangguan untuk membicarakan hal ini. Mulailah dengan menyatakan kepedulian kita terhadap kesehatan mental orang terdekat. Hindari kata-kata yang dapat diartikan sebagai penilaian atau kritik. Sebaliknya, tanyakan bagaimana perasaan mereka, apa yang mereka alami, dan bagaimana kita bisa membantu.

Dukunglah dengan mendengarkan secara empati dan menjadi pendukung aktif. Hindari terjebak dalam kompetisi penderitaan, dan jangan ragu untuk memberikan dukungan yang positif. Dengan menciptakan ruang yang aman dan terbuka, kita dapat bersama-sama mengatasi stigma seputar gangguan mental dan membangun masyarakat yang peduli terhadap kesehatan mental.

“Jangan lomba penderitaan siapa yang lebi menderita. Jangan biarkan sorot lampu percakapan berpindah,” tutur Cesa.

Tips Menghindari Gangguan Mental

Dalam upaya mencegah gangguan mental, perlu adanya pemahaman bahwa kesehatan mental tidak hanya dipengaruhi oleh faktor psikologis, tetapi juga oleh gaya hidup sehari-hari. Cesa mengungkapkan beberapa langkah preventif dapat diambil untuk menjaga kesehatan mental secara keseluruhan.

Pertama-tama, perhatikan aspek nutrisi. Gizi seimbang adalah kunci untuk mendukung fungsi otak dan menjaga keseimbangan emosional. Makanlah makanan yang kaya akan nutrisi, seperti buah-buahan, sayuran, protein, dan biji-bijian, untuk mendukung kesehatan mental.

Aktivitas fisik juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental. Melibatkan diri dalam aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, setara dengan pembakaran 200-300 kalori, dapat meningkatkan produksi endorfin dan meredakan stres. Berjalan kaki, bersepeda, atau berenang adalah pilihan yang baik untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.

Hindari begadang dan pastikan untuk mendapatkan tidur yang cukup setiap malam. Tidur yang berkualitas memainkan peran kunci dalam pemulihan mental dan emosional. Kekurangan tidur dapat menyebabkan penurunan konsentrasi, peningkatan stres, dan bahkan dapat berkontribusi pada risiko gangguan mental.

Selain itu, hindari kebiasaan menunda-nunda pekerjaan atau prokrastinasi. Menyelesaikan tugas-tugas secara teratur dapat membantu mengurangi tekanan dan meningkatkan rasa pencapaian, yang pada gilirannya dapat berdampak positif pada kesehatan mental.

Praktik relaksasi juga dapat menjadi alat yang efektif dalam menjaga kesehatan mental. Meditasi, yoga, atau teknik pernapasan dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesadaran diri.

Terakhir, perlu diingat bahwa aspek spiritual juga memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (QS. Ar-Ra’d: 28), “Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” Keterlibatan dalam kegiatan spiritual, seperti berdoa atau merenung, dapat memberikan ketenangan batin dan memperkuat ketahanan mental.

Dengan menerapkan langkah-langkah preventif ini secara konsisten, kita dapat membentuk fondasi yang kuat untuk kesehatan mental yang optimal. Kombinasi antara perhatian terhadap nutrisi, aktivitas fisik, tidur yang cukup, manajemen waktu, relaksasi, dan aspek spiritual akan membantu kita menghadapi tantangan hidup dengan keseimbangan dan ketangguhan mental. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini