Peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah yang digelar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur berlangsung penuh refleksi, Sabtu (29/11/2025). Kegiatan tersebut diselenggarakan di Aula Mas Mansur, Gedung PWM Jawa Timur.
Dalam kesempatan itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu’ti, menyampaikan pesan tegas namun dengan selera humor yang menjadi khasnya. Kepada jajaran pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah dari tingkat wilayah hingga daerah. Ia mengingatkan agar seluruh kader menjauhi 3K: konflik, korupsi, dan kolot.
Abdul Mu’ti membahas kondisi sekolah Muhammadiyah yang beragam. Ada yang megah, namun ada juga yang “megahi”, atau memprihatinkan.
“Nah kalau ada sekolah-sekolah Muhammadiyah yang megahi, tolong dicatat, dilaporkan ke Menteri,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa usia 113 tahun bukan hanya soal pencapaian, tetapi juga evaluasi.
Poin pertama, konflik. Ia mengingatkan agar warga Muhammadiyah menjauhi pertikaian.
“Ojo rebutan balung, apalagi hanya rebutan tulang yang sudah tidak ada sumsumnya, tapi permusuhannya sampai tulang sumsum,” tegasnya.
Menurutnya, Al-Qur’an telah mengingatkan, waktashimū bi ḥablillāhi jamī’an wa lā tafarraqū, agar umat tidak terpecah-belah.
“Tafarruk itu dilarang. Ikhtilaf tidak bisa dihindari. Ikhtilaf itu sunnatullah,” katanya.
Poin kedua, korupsi. Abdul Mu’ti mengingatkan bahwa praktik tersebut bisa saja masuk ke organisasi keagamaan. “Tidak berarti organisasi keagamaan itu tidak ada korupsinya, ada juga,” ujarnya.
Ia kemudian mengutip makna ayat tentang larangan membuat kerusakan.
“Laa tufsidu fil ardl’” itu diterjemahkan Muhammad As’ad sebagai ‘don’t make any corruption on earth’.”
Menurutnya, koruptor adalah bagian dari al-mukadzdzibīn, orang-orang yang mendustakan nilai-nilai akhlak. “Kalau korupsi itu terjadi di Muhammadiyah, saya kira orang itu sudah tidak ada hatinya lagi. Lebih hina daripada binatang ternak.”
Ia menekankan pentingnya menjaga integritas organisasi. “Jaga kredibilitas. Muhammadiyah diakui karena good governance dan clean governance. Itu modal sosial yang tidak bisa dibeli.”
Ia mencontohkan keteladanan Nabi Muhammad SAW. “Nabi tidak punya buku putih, karena beliau jujur. Sampai cerita Isra’ Mi’raj yang sulit dipercaya pun dipercaya, karena Nabi tidak mungkin bohong.”
Poin ketiga, kolot. “Kolot itu jumud. Muhammadiyah itu identitasnya gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid.”
Menurutnya, tidak boleh ada bagian dari identitas itu yang dipotong. “Kalau sudah tidak ada tajdid, Muhammadiyah itu tergilas zaman, yang sudah bagus jangan merasa puas. Kita harus kreatif agar tidak kolot,” pungkasnya.(afifun nidlom)
