Agama Perlu Ditunjukkan Lewat Cara Bersikap

*) Oleh : M. Mahmud
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan Jatim
www.majelistabligh.id -

Agama perlu ditunjukkan lewat cara bersikap bukan karena agama butuh dipamerkan, tetapi karena nilai yang tidak menjelma dalam perilaku akan berhenti sebagai teori. Mengapa sikap menjadi bukti?

Karena iman itu berbuah, dan buahnya adalah akhlak; Manusia membaca perilaku lebih cepat daripada mendengar ceramah; Kebaikan yang konsisten lebih meyakinkan daripada kata-kata yang indah dan karena agama hadir untuk menghidupkan hati, bukan sekadar mengisi kepala.

Ada beberapa ayat Al‑Qur’an yang sangat jelas menunjukkan bahwa sikap (akhlak) adalah bukti iman dan ketakwaan.

Ayat Al‑Qur’an yang Menjelaskan bahwa Sikap adalah Bukti Iman
1. Ali ‘Imran 134

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

“Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya).”

Perbuatan keji (fāḥisyah) adalah dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri, tetapi juga menimpa orang lain, seperti zina dan riba. Adapun yang dimaksud dengan menzalimi diri sendiri adalah perbuatan dosa yang akibatnya hanya menimpa diri sendiri, baik besar maupun kecil.

Ayat ini menjelaskan bahwa orang bertakwa itu ditandai oleh perilaku mereka, bukan sekadar pengakuan.

Ciri-cirinya:
* Mereka menafkahkan harta (dermawan)
* Mereka menahan amarah
* Mereka memaafkan manusia
Ayat ini muncul dalam pembahasan akhlak mulia.

Makna: Ketakwaan bukan sesuatu yang hanya ada di hati—ia tampak melalui cara seseorang bersikap terhadap orang lain.

2. Al‑Furqan 63

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam.””

Allah menggambarkan ‘ibadur‑rahman (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) melalui sikap mereka: mereka berjalan dengan rendah hati dan ketika disapa dengan kasar, mereka membalas dengan kata-kata yang baik.

Makna:
Identitas spiritual seseorang terlihat dari cara ia merespons situasi, terutama ketika diperlakukan buruk.

3. QS. Luqman 18–19

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ ࣖ

“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

Ketika berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat. Luqman menasihati anaknya: jangan memalingkan wajah dari manusia (sombong); jangan berjalan dengan angkuh; sederhanakan langkah; dan lembutkan suara.

Makna: Akhlak lahiriah adalah cermin dari kondisi batin. Kesombongan atau kerendahan hati tampak dari sikap sehari-hari.

5. An‑Nahl 90

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.”

Allah memerintahkan: keadilan; berbuat baik; dan memberi kepada kerabat.

Dan melarang: keji; mungkar; dan permusuhan. Ayat ini sering disebut sebagai ringkasan akhlak Islam.

Inti Besarnya
Al‑Qur’an berulang kali menegaskan bahwa ritual adalah fondasi, tetapi buahnya adalah perilaku. Dan, buah itulah yang dilihat manusia.

Bagaimana sikap menjadi cermin agama?
• Dengan lembut ketika kuat, bukan keras ketika berkuasa.
• Dengan jujur ketika tak diawasi, bukan hanya ketika dilihat.
• Dengan menahan diri ketika mampu membalas.

Dengan mengutamakan manfaat, bukan kesempurnaan, sejalan dengan prinsipmu: berguna, bukan sempurna.

Apa yang terjadi ketika agama tampak dalam sikap?

* Orang lain merasakan keteduhan, bukan tekanan.
* Lingkungan menjadi lebih manusiawi.
* Anak-anak belajar agama bukan dari hafalan, tapi dari teladan.
* Masyarakat bergerak dari ritualisme menuju kehidupan yang bernilai. (*)

Tinggalkan Balasan

Search