Manusia nanti ketika dihisab oleh Allah itu dibagi menjadi dua, ahlul afiyah dan ahlul musibah.
Ahlul ‘Afiyah adalah orang-orang yang hidupnya penuh kemudahan, sementara Ahlul Musibah adalah mereka yang diuji dengan kesulitan dan penderitaan. Keduanya memiliki tempat istimewa dalam keadilan dan rahmat Allah di akhirat.
Ahlul ‘Afiyah (أهل العافية)
Makna: Orang-orang yang hidupnya di dunia relatif tenang, sehat, dan tidak banyak mengalami musibah besar. Mereka, gidupnya dipenuhi kemudahan dan kelapangan.
Tidak banyak mengalami ujian berat atau penderitaan.
Tantangan spiritual: Karena tidak banyak diuji, mereka harus lebih berhati-hati dalam menjaga syukur, keikhlasan, dan amal saleh. Hisab mereka di akhirat bisa lebih panjang karena dosa-dosa tidak banyak digugurkan oleh musibah.
Tidak ada ayat yang secara eksplisit menyebut istilah “Ahlul ‘Afiyah”, namun konsep ‘afiyah (keselamatan, kesehatan, dan kemudahan) sangat ditekankan dalam Al-Qur’an dan doa-doa Nabi ﷺ. Salah satu ayat yang sering dikaitkan dengan makna ‘afiyah adalah QS Al-Baqarah: 201.
Ayat Al-Qur’an yang Mengandung Makna ‘Afiyah
Surat Al-Baqarah ayat 201:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي ٱلدُّنْيَا حَسَنَةًۭ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ حَسَنَةًۭ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Artinya:
“Dan di antara mereka ada yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.’” (QS. Al-Baqarah: 201)
Menurut sebagian mufassir seperti Imam Qatadah, kata “hasanah” di dunia ditafsirkan sebagai as-shihhah wal-‘afiyah—kesehatan dan keselamatan.
Hadis Pendukung
Rasulullah ﷺ bersabda kepada pamannya Abbas bin Abdul Muthalib:
“Wahai Abbas, mintalah kepada Allah al-‘Afiyah di dunia dan akhirat.”
(HR. Tirmidzi)
Beliau juga membaca doa ini setiap pagi dan sore:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
“Ya Allah, aku memohon keselamatan di dunia dan akhirat”
Ahlul Musibah (أهل المصيبة)
Makna: Orang-orang yang hidupnya penuh dengan ujian, penderitaan, dan musibah.
* Ciri-ciri:
Sering mengalami kesulitan hidup, penyakit, kehilangan, atau penderitaan lainnya.
Ujian datang bertubi-tubi, namun mereka tetap bersabar dan bertawakal.
* Keistimewaan:
Dosa-dosa mereka digugurkan melalui musibah yang mereka alami.
Hisab mereka ringan dan cepat di akhirat.
Mereka diberi tiga anugerah oleh Allah: ‘Afiyah (kesejahteraan), Khairan (kebaikan berupa surga), dan Manzilan (kedudukan tinggi di surga).
Al-Qur’an tidak menyebut istilah “Ahlul Musibah” secara eksplisit, tetapi banyak ayat yang menggambarkan orang-orang yang diuji dengan musibah dan bagaimana Allah memuliakan mereka jika bersabar dan beriman.
1. QS. Al-Baqarah: 155–157
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ
Artinya:
“Sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Lanjutan ayat (156–157): Orang-orang yang ketika ditimpa musibah berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn”, mereka itulah yang mendapat sholawat, rahmat, dan petunjuk dari Allah.
2. QS. At-Taghabun: 11
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
Artinya:
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.”
3. QS. Al-Ankabut: 2
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Artinya:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan: ‘Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji?”
Refleksi Spiritual
Dalam narasi akhirat, Ahlul Musibah akan membuat Ahlul ‘Afiyah merasa iri karena pahala dan kedudukan tinggi yang mereka peroleh akibat kesabaran mereka di dunia.
Ini menunjukkan bahwa musibah bukanlah hukuman, melainkan sarana penggugur dosa dan pengangkat derajat jika dihadapi dengan sabar dan iman.
Relevansi untuk Kehidupan
Membangun empati dan penghargaan terhadap orang-orang yang diuji.
Menguatkan narasi bahwa kebermaknaan hidup tidak selalu tampak dari luar, tapi dari cara kita merespons takdir.
Mendorong komunitas untuk tidak mengukur keberkahan hanya dari kemudahan, tapi juga dari kesabaran.
