Berapa Banyak Nikmat Allah yang Sudah Kita Abaikan?

Berapa Banyak Nikmat Allah yang Sudah Kita Abaikan?
*) Oleh : M. Mahmud
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan Jatim
www.majelistabligh.id -

Bangun pagi masih bisa bernafas, itu nikmat, tapi sering dilupakan
Bisa makan, bisa mendengar, bisa berjalan, itu nikmat, tapi sering diabaikan

Padahal …
Kalau Allah mau, bisa saja semua itu dicabut seketika.

Lalu mengapa masih sombong? Masih lalai untuk bersyukur?
Nikmat Allah terlalu banyak. Tapi syukur kita terlalu sedikit.

Berapa banyak nikmat Allah yang sudah kita abaikan? Jawabannya. Terlalu banyak untuk dihitung. Allah sendiri berfirman:
1. QS. Ibrahim: 34
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ ࣖ
Artinya: Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.

2. QS. An-Nahl: 18
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Nikmat yang Sering Terlupakan

Berikut beberapa nikmat yang sering kita abaikan, padahal sangat mendasar:
* Kesehatan: Kita baru sadar berharganya ketika sakit. Nabi ﷺ bersabda:
“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
* Waktu Luang: Sering terbuang tanpa makna, padahal ia adalah ladang amal.
* Kemampuan Berpikir dan Merasa: Kita bisa merenung, mencintai, dan memilih jalan hidup.
* Nikmat Iman dan Islam: Yang menjadi cahaya dalam gelapnya dunia.
* Nikmat Kecil Sehari-hari: Bangun pagi, bisa melihat, bernapas, makan, tersenyum—semua itu adalah karunia.

Mengapa Kita Mengabaikannya?

* Karena terbiasa: Nikmat yang rutin sering dianggap biasa.
* Karena sibuk mengejar dunia, lupa bahwa semua itu titipan.
* Karena kurangnya tadabbur dan syukur: Kita jarang berhenti sejenak untuk merenung.

Jalan Kembali: Syukur yang Menghidupkan

* Syukur dengan hati: Merenungi dan mengakui bahwa semua berasal dari Allah.
* Syukur dengan lisan: Ucapkan “Alhamdulillah” dengan kesadaran, bukan kebiasaan.
* Syukur dengan amal: Gunakan nikmat untuk taat, memberi, dan memperbaiki.

Syukur dengan hati adalah bentuk syukur yang paling dalam dan paling jujur. Ia bukan sekadar ucapan, melainkan pengakuan batin bahwa segala nikmat berasal dari Allah, bukan dari usaha atau kepintaran kita semata.

Apa Itu Syukur dengan Hati?

* Menyadari sepenuhnya bahwa semua nikmat—besar atau kecil—adalah pemberian Allah.
* Merasa cukup dan tenang, tidak gelisah karena membandingkan diri dengan orang lain.
* Menghindari sikap Qarun, yang berkata: “Aku diberi harta ini karena ilmuku.”
QS. Al-Qashash: 78
قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْۗ
Artinya: Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”

* Mengakui kelemahan diri, bahwa tanpa rahmat Allah, kita tak punya apa-apa.
QS. As-Saba’: 13
وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
Artinya: Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur

Syukur dengan lisan adalah ekspresi verbal dari rasa terima kasih kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan. Ia bukan sekadar ucapan, tapi cerminan dari hati yang sadar dan tunduk

Bentuk Syukur dengan Lisan:
* Ucapan seperti Alhamdulillah, Subhanallah, dan La ilaha illallah adalah bentuk dzikir yang menunjukkan pengakuan atas nikmat dan keagungan-Nya.

* Menceritakan nikmat yang kita terima kepada orang lain dengan niat berbagi kebahagiaan dan menginspirasi, bukan untuk pamer. Misalnya: “Alhamdulillah, hari ini dimudahkan dalam pekerjaan.”

* Mengungkapkan rasa syukur melalui doa yang tulus atau bahkan syair yang memuji kebesaran Allah. Ini bisa menjadi sarana dakwah yang lembut dan menyentuh.

* Lisan yang bersyukur tidak mudah mengeluh. Ia memilih kata-kata yang membangun, sabar, dan penuh harapan.

Syukur dengan amal adalah bentuk syukur yang paling nyata dan berdampak. Ia bukan sekadar ucapan, tapi tindakan yang mencerminkan rasa terima kasih kita kepada Allah dengan memanfaatkan nikmat untuk kebaikan dan ketaatan. Ini adalah syukur yang progresif—yang bergerak, bertumbuh, dan memberi manfaat.

Makna Syukur dengan Amal:
* Menggunakan nikmat untuk taat kepada Allah
Jika diberi ilmu, kita ajarkan. Jika diberi harta, kita infakkan. Jika diberi waktu, kita isi dengan amal saleh. Nikmat tidak hanya dinikmati, tapi diolah menjadi ladang pahala.

* Meningkatkan kualitas amal
Syukur bukan hanya mempertahankan amal, tapi meningkatkannya. Seperti manajer yang diberi promosi, ia harus menunjukkan kinerja yang lebih baik, bukan sekadar berterima kasih.

* Menolak maksiat sebagai bentuk kufur nikmat
Ibnul Qayyim menyebut bahwa maksiat adalah bentuk kufur kecil, karena bertentangan dengan syukur yang sejati: yaitu amal dalam ketaatan.

Ayat-Ayat Tentang Syukur:
1. Surat Al-Baqarah [2]:152
“فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ”
Artinya: Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.

Ayat ini menegaskan bahwa syukur adalah bentuk dzikir dan pengakuan yang menjauhkan kita dari kufur.

2. Surat Ibrahim [14]:7
“لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ”
Artinya: Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.

Ini adalah janji Allah: syukur membuka pintu nikmat, kufur menutupnya.

3. Surat Al-Baqarah [2]:172
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ”
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.

 

Tinggalkan Balasan

Search