Cermin Hati: Ketika Kebaikan dan Keburukan Kembali kepada Pemiliknya

Cermin Hati: Ketika Kebaikan dan Keburukan Kembali kepada Pemiliknya
*) Oleh : Muhammad Hidayatulloh
PRM Berbek, Pengasuh Kajian Rutin Tafsir Al Qur'an Masjid Al Huda
www.majelistabligh.id -

فَمَنْ قَالَ فِينَا الْخَيْرَ فَالْخَيْرُ خَيْرُهُ
وَمَنْ قَالَ فِينَا الشَّرَّ فَالشَّرُّ شَرُّهُ
إِذَا اسْوَدَّ قَلْبُ الْمَرْءِ سَاءَتْ ظُنُونُهُ
وَيَتْبَعُهُ فِي سُوءِ ظَنِّهِ عَقْلُهُ
فَلَا خَيْرَ يُعْطِي لَا وَلَا شَرَّ يُكْتَفَى
لِذَا يَظْهَرُ الْإِنسَانُ مَا شَاءَ قَلْبُهُ

Barang siapa berkata baik tentang kami, maka kebaikan itu berasal dari dirinya.
Dan barang siapa berkata buruk tentang kami, maka keburukan itu pun kembali kepadanya.

Apabila hati seseorang telah menghitam, maka buruklah prasangkanya,
dan akalnya pun mengikuti keburukan prasangkanya itu.

Maka tidak ada kebaikan yang bisa ia berikan, dan keburukan pun tak dapat ia hentikan, karena manusia pada akhirnya hanya menampakkan apa yang tersimpan dalam hatinya.

Hati sebagai Cermin Diri

Syair ini menggambarkan hakikat yang sering luput dari kesadaran manusia: bahwa penilaian kita terhadap orang lain pada hakikatnya adalah pantulan dari keadaan hati kita sendiri.
Jika hati bersih, ia akan mudah melihat kebaikan;
tetapi jika hati keruh, ia hanya akan memantulkan keburukan yang ada di dalam dirinya.

Seorang ulama berkata:

“القلوب مرايا، فكل إنسان يرى في غيره صور قلبه.”

“Hati itu ibarat cermin; setiap manusia melihat pada orang lain bayangan dari hatinya sendiri.”

Karena itu, ketika seseorang menebar kebencian, sebenarnya ia sedang memperlihatkan isi batinnya.
Sedangkan orang yang menebar kebaikan, menampakkan keluasan dan kejernihan jiwanya.

Prasangka dan Bayangan Hati

Baris ketiga dari syair tersebut—

“إِذَا اسْوَدَّ قَلْبُ الْمَرْءِ سَاءَتْ ظُنُونُهُ”

“Apabila hati seseorang telah menghitam, maka buruklah prasangkanya”

menegaskan hubungan erat antara kebersihan hati dan kejernihan pikiran.

Buruk sangka bukan semata kelemahan logika, melainkan cerminan dari hati yang kehilangan cahaya.
Ketika hati gelap, bahkan akal pun akan menjustifikasi keburukan.
Ia membenarkan apa yang salah, mencurigai apa yang tulus,
dan melihat noda di setiap ketulusan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً،
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ،
وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ،
أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.

Ketahuilah, dalam diri manusia ada segumpal daging; jika ia baik, baiklah seluruh jasadnya; jika ia rusak, rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, itulah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hati yang hitam akan menuntun akal pada kecurigaan dan kebencian.
Namun hati yang bercahaya akan menuntun akal pada kebijaksanaan dan kasih.

Manusia Memancarkan Apa yang Ditanamkan Hatinya

Penutup syair ini menegaskan dengan lembut namun tajam:

“لِذَا يَظْهَرُ الْإِنسَانُ مَا شَاءَ قَلْبُهُ”

“Maka manusia menampakkan apa yang dikehendaki oleh hatinya.”

Kebaikan dan keburukan bukan sekadar tindakan,
melainkan pancaran isi hati.
Orang yang hatinya dipenuhi cinta, akan berbicara dengan kelembutan.
Sedangkan yang hatinya dikuasai kebencian, akan berbicara dengan luka.

Begitulah sunnatullah yang lembut namun pasti: setiap manusia akan memancarkan warna batinnya. Sebersih apa pun wajahnya di luar, jika hatinya keruh, keruhlah seluruh pandangannya.

Ibn ‘Aṭā’illāh as-Sakandarī dalam al-Ḥikam menulis:

“ما نفع القلبَ شيء مثل عزلةٍ يدخل بها ميدان فكرة.”

“Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hati daripada menyendiri untuk memasuki medan perenungan.”

Karena dengan menyepi dari hiruk-pikuk dunia, seseorang bisa mendengar kembali suara hatinya.
Dan di situlah ia akan tahu, apakah hatinya masih bercahaya atau telah diliputi kabut prasangka.

Penutup: Membersihkan Cermin Jiwa

Syair ini mengajarkan bahwa hati manusia adalah sumber dari segala pandangan,
prasangka, dan tindakan.
Ketika hati bening, dunia tampak terang.
Ketika hati gelap, segala sesuatu tampak kelam.

Maka jangan terburu menilai orang lain,
sebab mungkin yang kita lihat bukanlah kekurangannya, melainkan bayangan dari kekotoran hati kita sendiri.

Bersihkanlah hati dengan zikir, doa, dan muhasabah diri.
Sebab hanya hati yang jernih yang mampu melihat kebaikan di mana pun ia berpijak.

“Barang siapa berkata baik, kebaikan itu miliknya. Dan barang siapa berkata buruk, keburukan itu kembali kepadanya.” — Petikan Hikmah Arab Klasik

 

Tinggalkan Balasan

Search