Ini bagian yang paling menyayat hati…
Menjelang wafatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbaring lemah. Wajahnya pucat, keringat dingin menetes di dahi mulianya, bibirnya bergerak pelan, memanggil dengan suara lirih:
“Ummati… Ummati…”
(Umatku… Umatku)
Aisyah mendekat, meneteskan air mata. Sampai detik terakhir hidupnya, yang beliau pikirkan bukan dirinya, bukan keluarganya, tetapi umatnya– kita.
Malaikat Jibril datang menawarkan pilihan: “Wahai Muhammad, engkau boleh hidup di dunia atau memilih bersama Tuhanmu di surga.”
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab lembut: “Bersama Ar-Rafiq Al-A’la… ” (Bersama Kekasih Yang Tertinggi…)
Sebelum ruhnya naik, beliau masih sempat berpesan:
“Salat…salat…dan jagalah orang-orang yang lemah di antara kalian.”
Lalu ruh suci itu terbang, meninggalkan dunia ini, meninggalkan umat yang masih beliau cintai hingga hari kiamat.
Barakallahu fiikum.
