Peristiwa Fathu Makkah (Pembebasan Kota Makkah) pada tahun 8 Hijriah merupakan salah satu momentum paling bersejarah dalam perjalanan dakwah Islam. Rasulullah ﷺ memasuki kota Makkah bersama sepuluh ribu pasukan. Setelah bertahun-tahun kaum Muslimin diusir, dizalimi, dan diperangi, akhirnya mereka kembali sebagai pemenang tanpa pertumpahan darah yang berarti.
Namun, kemenangan itu tidak diwarnai dendam. Ketika salah seorang sahabat berseru:
اليوم يوم الملحمة
(Hari ini adalah hari pembalasan)
Nabi ﷺ segera meluruskannya dengan sabda agung:
اليوم يوم المرحمة
(Hari ini adalah hari kasih sayang)
Dengan ungkapan ini, Rasulullah ﷺ mengubah suasana kemenangan dari aroma balas dendam menjadi iklim pengampunan. Beliau kemudian mengumumkan kepada penduduk Makkah:
اذهبوا فأنتم الطلقاء
(Pergilah kalian, karena kalian telah bebas)
Sabda dan sikap Nabi ﷺ ini adalah perwujudan nyata dari misi beliau, sebagaimana firman Allah Ta‘ala:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
(Wa mā arsalnāka illā raḥmatan lil-‘ālamīn – Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam) (QS. Al-Anbiyā’: 107)
Pandangan Para Ulama Kontemporer
Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar menegaskan bahwa Fathu Makkah adalah bukti nyata keagungan akhlak Rasulullah ﷺ. Dalam karya-karyanya, beliau menyebutkan bahwa sikap pemaafan Nabi ﷺ kepada orang-orang yang telah menyakiti beliau dan para sahabat selama bertahun-tahun adalah manifestasi risalah Islam yang membawa rahmat, bukan kebencian. Inilah standar moral yang harus menjadi teladan bagi setiap Muslim ketika berada di puncak kemenangan.
Dr. Raghib Al-Sirjani, seorang sejarawan Muslim kontemporer, dalam kajian sirahnya menekankan bahwa Fathu Makkah merupakan puncak penerapan konsep rahmat dalam Islam. Ia menyatakan bahwa pengampunan Rasulullah ﷺ justru membuka hati orang-orang Quraisy untuk menerima Islam. Menurut beliau, perubahan masyarakat tidak cukup hanya dengan kekuatan, namun harus dibarengi kasih sayang dan pemaafan. Dr. Al-Sirjani menyebut momen ini sebagai “revolusi kasih sayang” dalam sejarah kemanusiaan.
Hikmah yang Dapat Dipetik
Kemenangan sejati adalah menaklukkan hati, bukan menghancurkan musuh.
Kemenangan Rasulullah ﷺ adalah kemenangan moral dan spiritual yang menundukkan hati, bukan sekadar kemenangan fisik. Kasih sayang lebih kuat daripada kebencian.
Rasulullah ﷺ menunjukkan bahwa pemaafan merupakan tanda kekuasaan sejati, bukan kelemahan.
Islam adalah rahmat universal.
Fathu Makkah menegaskan bahwa Islam adalah agama perdamaian dan pengampunan, bukan agama permusuhan.
Sabda Nabi اليوم يوم المرحمة, adalah simbol transformasi kemenangan Islam: dari malḥamah (pembalasan) menuju marḥamah (kasih sayang). Dari sejarah agung ini, umat Islam seharusnya belajar bahwa jalan rahmat selalu lebih mulia dan abadi daripada jalan permusuhan.
Daftar Referensi
- Ibn Hisham, As-Sīrah an-Nabawiyyah, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990.
- Al-Baihaqī, Dalā’il an-Nubuwwah, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1985.
- Al-Mubarakfūrī, Ar-Raḥīq al-Makhtūm, Riyadh: Maktabah al-Ma‘ārif, 1994.
- Umar Sulaiman Al-Asyqar, Min Akhlaq al-Nubuwwah, Amman: Dar al-Nafa’is, 1996.
- Raghib Al-Sirjani, Fathu Makkah: Al-Marhalah Al-Farqiyah fi Tarikh al-Islam, Kairo: Muassasah Iqra, 2007.
