Darurat Kaderisasi: Siapa Penerus Kita?

Darurat Kaderisasi: Siapa Penerus Kita?
*) Oleh : Moh. Mas’al, S.HI, M.Ag
Kepala Sekolah SMP Al Fatah Sidoarjo, Anggota MTT PDM Sidoarjo
www.majelistabligh.id -

Kaderisasi merupakan masalah mendesak yang dihadapi umat Islam hari ini. Fenomena kekosongan penerus dalam berbagai lini kehidupan — mulai dari ulama, dai, guru, hingga pemimpin umat — kian terasa nyata. Di tengah derasnya arus globalisasi dan krisis moral, pertanyaan besar muncul: siapa yang akan melanjutkan estafet perjuangan ini?

Fenomena Kekinian: Kekosongan Generasi Penerus

Hari ini kita menyaksikan bagaimana dunia pendidikan Islam, lembaga dakwah, hingga institusi kemasyarakatan seringkali mengalami gap generasi. Banyak lembaga besar yang lahir dari perjuangan para tokoh terdahulu, kini kesulitan mencari penerus yang mampu menanggung beban dakwah dan menjaga warisan.

Sebagian generasi muda larut dalam budaya instan, sibuk dengan dunia digital, kehilangan role model, dan minim sentuhan tarbiyah. Alhasil, lahirlah generasi yang pandai secara akademis, tetapi miskin ruh perjuangan. Bahkan, ada yang berkata: “Banyak orang pintar, tetapi sedikit orang amanah.” Inilah bahaya besar yang sedang kita hadapi.

Islam dan Pentingnya Kaderisasi

Islam sejak awal menekankan pentingnya kaderisasi. Al-Qur’an menggambarkan doa para hamba beriman:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا[^1]

Ayat ini menunjukkan, keberlanjutan generasi saleh adalah doa sekaligus tujuan strategis umat Islam. Rasulullah pun menegaskan dalam sebuah hadis:

إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم يُنتفع به، أو ولد صالح يدعو له[^2]

Hadis ini bukan hanya soal amal jariyah pribadi, tetapi juga gambaran pentingnya menyiapkan generasi penerus (anak saleh dan ilmu bermanfaat).

Nasihat Ulama Klasik

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menekankan bahwa pendidikan anak adalah fondasi bagi masa depan umat. Beliau berkata:

“Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata berharga yang siap dibentuk. Jika dibiasakan dengan kebaikan, ia tumbuh baik. Jika dibiarkan pada keburukan, ia binasa.”[^3]

Ibn Khaldun dalam Muqaddimah menambahkan, sebuah peradaban hanya bisa bertahan jika ada regenerasi intelektual dan moral[^4].

Pandangan Ulama Kontemporer

Syekh Yusuf al-Qaradawi menekankan:

“Masalah terbesar umat Islam bukanlah kurangnya sumber daya, tetapi kurangnya kader yang siap memikul tanggung jawab.”[^5]

KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, berpesan:

“Barangsiapa yang ingin memperbaiki umat, maka perbaikilah para pemudanya. Karena di tangan merekalah terletak masa depan umat.”[^6]

Sementara Buya Hamka mengingatkan:

“Jangan sampai generasi tua berjuang dengan darah dan air mata, lalu generasi muda hanya mewarisi kursi dan nama besar tanpa ruh perjuangan.”[^7]

Strategi Kaderisasi

1. Kaderisasi sejak dini: pendidikan ruhiyah, akhlak, dan ilmu harus diberikan sejak kecil.

2. Membuka ruang kepemimpinan: generasi muda diberi kesempatan berlatih memimpin.

3. Mentoring dan sanad keilmuan: hubungan guru-murid untuk kesinambungan ilmu dan adab.

4. Membangun ekosistem tarbiyah: keluarga, sekolah, masjid, dan masyarakat harus bersinergi menyiapkan kader terbaik.

Pertanyaan “Siapa penerus kita?” bukan sekadar retorika, melainkan alarm keras bagi umat Islam. Tanpa kaderisasi, dakwah kehilangan nyawa, lembaga kehilangan arah, dan umat kehilangan pemimpin.

Maka, sudah saatnya menjadikan kaderisasi sebagai agenda darurat. Seperti pepatah Arab mengatakan:

الشباب شطر الأمة[^8]

Pemuda bukan sekadar separuh, melainkan masa depan seluruh umat. (*)

 

Referensi / Catatan Kaki

[^1]: QS. Al-Furqan: 74, Mushaf Standar Indonesia.

[^2]: HR. Muslim, Kitab al-Wasaya, Hadis No. 1631.

[^3]: Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, Bab Tarbiyah Anak.

[^4]: Ibn Khaldun, Muqaddimah, Bab Peradaban dan Generasi.

[^5]: Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Da’wah, hal. 45-47.

[^6]: KH. Hasyim Asy’ari, Risalah NU, ceramah dan tulisan.

[^7]: Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1, hal. 98-100.

[^8]: Pepatah Arab klasik: “Pemuda adalah separuh dari umat”, banyak dikutip dalam literatur tarbiyah.

dikutip dalam literatur tarbiyah.

Tinggalkan Balasan

Search