Dua Alumni Sekolah Muhammadiyah Raih Gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Prabowo

Dua Alumni Sekolah Muhammadiyah Raih Gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Prabowo
www.majelistabligh.id -

Dalam upacara kenegaraan memperingati Hari Pahlawan di Istana Negara, Presiden Republik Indonesia ke-8, Prabowo Subianto, secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh bangsa. Dua di antaranya merupakan alumni sekolah Muhammadiyah, yakni Presiden ke-2 RI Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto dan aktivis buruh asal Nganjuk, Marsinah.

Penganugerahan ini ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/TK/Tahun 2025, sebagai bentuk penghargaan negara terhadap jasa besar mereka dalam bidang kepemimpinan, sosial, dan kemanusiaan.

Soeharto yang lahir di Kemusuk, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921, menempuh pendidikan di Schakelschool Muhammadiyah Yogyakarta, sekolah lanjutan dari Sekolah Rakyat tiga tahun yang disamakan dengan lulusan Hollandsch Inlandsche School (HIS). Ia juga aktif dalam organisasi kepanduan Hizbul Wathan, gerakan pemuda Muhammadiyah yang menanamkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Berkat pendidikan Muhammadiyah itu, Soeharto berhasil menapaki jalan panjang karier militernya hingga menjadi Presiden kedua Republik Indonesia.

Dalam upacara tersebut, narator menyebut bahwa Soeharto memiliki peran penting sejak masa awal kemerdekaan. “Jenderal Soeharto menonjol sejak masa kemerdekaan. Sebagai wakil komandan BKR Yogyakarta, ia memimpin pelucutan senjata tentara Jepang di Kota Baru pada 1945,” ujar narator saat Keppres dibacakan.

Seusai penyerahan gelar, keluarga Soeharto tampak haru. Anak-anak almarhum, yakni Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut), Bambang Trihatmodjo, dan Titiek Soeharto, terlihat berpelukan hangat di hadapan para tamu undangan dan pejabat negara.

Sementara itu, Marsinah, aktivis buruh wanita asal Nganjuk yang juga alumnus SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk, dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas perjuangannya dalam bidang sosial dan kemanusiaan. Dikenal sebagai sosok yang teguh memperjuangkan hak-hak buruh, Marsinah menjadi simbol perjuangan kelas pekerja di Indonesia.

Ia wafat secara tragis pada tahun 1993 setelah memimpin aksi damai menuntut kenaikan upah bagi buruh pabrik di Sidoarjo. Pemerintah menilai keberanian Marsinah sebagai wujud nyata pengabdian terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.

Selain Soeharto dan Marsinah, delapan tokoh lain yang turut dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun ini adalah K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk bidang perjuangan politik dan pendidikan Islam; Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (bidang hukum dan politik); Hajjah Rahmah El Yunusiyyah (bidang pendidikan Islam); Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (bidang perjuangan bersenjata); Sultan Muhammad Salahuddin (bidang diplomasi dan pendidikan); Syaikhona Muhammad Kholil (bidang pendidikan Islam); Tuan Rondahaim Saragih (bidang perjuangan bersenjata); dan Zainal Abidin Syah (bidang politik dan diplomasi).

Pemberian gelar ini menandai langkah pemerintah dalam menghargai jasa para tokoh lintas generasi yang berkontribusi besar bagi bangsa, baik dalam bidang politik, sosial, maupun kemanusiaan. Momentum Hari Pahlawan 2025 pun menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk bangsa tak selalu dilakukan dengan senjata, tetapi juga melalui pendidikan, kemanusiaan, dan dedikasi sosial yang lahir dari nilai-nilai keislaman dan kebangsaan seperti yang diwariskan oleh Muhammadiyah. (m roissudin)

Tinggalkan Balasan

Search