*) Oleh: Muhammad Nashihudin MSI
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur
Dukun adalah orang yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan roh atau makhluk halus, serta memiliki pengetahuan tentang ilmu gaib atau supranatural. Dalam masyarakat tradisional, dukun seringkali dianggap sebagai orang yang memiliki kekuatan spiritual dan dapat membantu orang lain dalam mengatasi masalah atau mencapai tujuan.
Namun, dalam Islam, dukun dianggap sebagai orang yang melakukan perbuatan syirik, karena mereka berusaha untuk mencari kekuatan dan pengetahuan dari selain Allah SWT. Islam melarang umatnya untuk meminta bantuan atau mencari kekuatan dari dukun atau sumber-sumber gaib lainnya.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu meminta bantuan kepada selain Allah, karena sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 195)
Oleh karena itu, umat Islam harus berhati-hati dan tidak meminta bantuan atau mencari kekuatan dari dukun atau sumber-sumber gaib lainnya. Sebaliknya, mereka harus meminta bantuan dan mencari kekuatan hanya dari Allah SWT.
Manusia diberikan oleh Allah SWT panca indra hanya lima yaitu kedua mata, kedua telinga dan hati.
Adapun bila ada seorang yang mengaku punya indra keenam atau indra ketujuh jangan percaya kecuali para nabi dan Rasul sebagai mukjizat untuk memperkuat risalah kenabiannya.
Semua yang terjadi di langit atau di bumi atas kehendak-Nya. Perdukunan ramai yang menyesatkan janganlah diikuti karena merusak aqidah tauhid dan iman.
Persyarikatan Muhammadiyah membawa misi akan menghilangkan penyakit masyarakat yaitu tahayyul, bidah dan churofat dan sudah berlangsung selama 112 tahun.
1. Perkara ghaib hanya Allah SWT yang mengetahui
وَعِنْدَهٗ مَفَا تِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ ۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَ رْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَا بِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
“Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
(QS. Al-An’am 6: Ayat 59)
2. Semua mahluk telah tersedia rezekinya masing-masing
وَمَا مِنْ دَآ بَّةٍ فِى الْاَ رْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
(QS. Hud 11: Ayat 6)
3. Lima hal yang hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menguasai,
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّا عَةِ ۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَ رْحَا مِ ۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّا ذَا تَكْسِبُ غَدًا ۗ وَّمَا تَدْرِيْ نَـفْسٌ بِۢاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.”
(QS. Luqman 31: Ayat 34)
4 Kajian Tafsir Ibnu Katsir tentang sihir di zaman nabi Sulaiman AS
Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:*
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ
Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. (Al-Baqarah: 102)
Yang dimaksud dengan mereka ialah orang-orang Yahudi yang telah diberi Al-kitab (Taurat). Hal ini terjadi setelah mereka berpaling dari ajaran Kitabullah (Taurat) yang ada di tangan mereka dan setelah mereka menentang Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) Sesudah kesemuanya itu mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan. Yang dimaksud dengan bacaan setan ialah riwayat, berita, dan kisah yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman.
Dalam ungkapan ini fi’il tatlu ber-muta’addi dengan huruf ‘ala karena di dalamnya terkandung pengertian membaca secara dusta.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa huruf ‘ala dalam ayat ini mengandung makna sama dengan huruf fi, yakni tatlu fi mulki Sulaiman, artinya: Yang dibacakan oleh setan-setan dalam kerajaan Sulaiman. Ibnu Jarir menukil pendapat ini dari Ibnu Juraij dan Ibnu Ishaq.
Menurut kami, makna tadammun (yang mengandung pengertian membaca dan berdusta) adalah lebih baik dan lebih utama.
Mengenai pendapat Al-Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa dahulu sebelum masa Nabi Sulaiman ibnu Nabi Daud sihir itu telah ada, pendapat ini memang benar dan tidak diragukan lagi. Mengingat tukang-tukang sihir banyak didapat di masa Nabi Musa a.s., sedangkan zaman Sulaiman ibnu Daud sesudah itu, seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسى
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa…, hingga akhir ayat, (Al-Baqarah: 246).