Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ali ibnu Zaid, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas, bahwa keduanya pernah menceritakan asar berikut:
Ketika Bani Adam bertambah banyak jumlahnya dan mereka sering melakukan maksiat, maka para malaikat, bumi, dan gunung-gunung mendoakan kebinasaan bagi mereka, “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau tangguhkan mereka.” Maka Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya telah Aku lenyapkan dari hati kalian nafsu berahi dan setan, sedangkan di dalam hati mereka Aku jadikan nafsu berahi dan setan. Seandainya kalian menduduki tempat mereka, niscaya kalian pun akan melakukan hal yang sama.” Maka dalam hati para malaikat terdetik kata-kata yang mengatakan, “Seandainya mereka dicoba, niscaya mereka akan berteguh hati.” Maka Allah berfirman kepada mereka, “Pilihlah dua malaikat dari kalangan malaikat yang paling utama dari kalian.” Lalu mereka memilih Harut dan Marut, kemudian keduanya diturunkan ke bumi.
Lalu Zahrah diturunkan dalam rupa seorang wanita cantik dari kalangan penduduk negeri Persia yang dikenal oleh mereka dengan sebutan Baizakhat. Akhirnya kedua malaikat itu terjerumus ke dalam perbuatan yang berdosa. Pada mulanya malaikat selalu memohonkan ampunan buat orang-orang yang beriman saja (seraya mengucapkan): Wahai Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu…, hingga akhir ayat, (Al-Mu’min: 7).
Akan tetapi, setelah kedua malaikat tersebut terjerumus ke dalam perbuatan dosa, maka mereka memohonkan arnpun buat semua orang yang berada di muka bumi (seraya mengucapkan): Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Asy-Syura: 5)
Lalu keduanya disuruh memilih antara azab di dunia dan azab di akhirat, maka keduanya memilih azab di dunia.
Ibnu Abu Hatim menceritakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja’far Ar-Ruqi, telah menceritakan kepada kami Abdullah (yakni Ibnu Amr), dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Al-Minhal ibnu Amr dan Yunus ibnu Khabbab, dari Mujahid yang menceritakan asar berikut:
Aku turun istirahat di rumah Abdullah ibnu Amr dalam suatu perjalananku. Ketika datang suatu malam, ia berkata kepada pelayannya, “Lihatlah apakah bintang Hamra terbit? Tiada selamat datang dan tiada selamat terbit buatnya, dan semoga Allah tidak menghidupkannya lagi; dia adalah teman wanita dari dua malaikat.”
Ibnu Umar melanjutkan kisahnya bahwa pada mulanya para malaikat berkata, “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau biarkan saja orang-orang durhaka dari kalangan Bani Adam itu? Mereka gemar mengalirkan darah secara haram, mengerjakan hal-hal yang diharamkan oleh-Mu, dan membuat kerusakan di muka bumi.” Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, “Sesungguhnya Aku menimpakan cobaan terhadap mereka. Barangkali jika Aku timpakan kepada kalian cobaan yang sama seperti cobaan yang Kutimpakan kepada mereka, maka kalian pun akan mengerjakan seperti apa yang dilakukan mereka itu.” Mereka menjawab, “Tidak mungkin.”
Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, “Pilihlah oleh kalian dua malaikat yang terkemuka dari kalian.” Maka mereka memilih Harut dan Marut. Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman kepada keduanya, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan kamu berdua ke bumi dan mengadakan perjanjian dengan kamu, bahwa kamu tidak boleh musyrik, tidak boleh berzina, dan tidak boleh khianat.” Kedua malaikat itu diturunkan ke bumi dan Allah memberinya nafsu syahwat, lalu Allah pun menurunkan Zahrah bersama keduanya dalam rupa seorang wanita yang paling cantik.
Zahrah menampilkan diri kepada keduanya, maka keduanya merayu Zahrah agar menyerahkan diri kepada keduanya. Tetapi Zahrah berkata, “Sesungguhnya aku adalah.pemeluk suatu agama yang melarang seseorang mendatangiku kecuali jika orang itu seagama denganku,” Keduanya bertanya, “Apakah agamamu?” Zahrah menjawab, “Majusi.” Keduanya berkata, “Agama musyrik. Ini adalah agama yang sama sekali tidak kami akui.” Maka Zahrah pergi meninggalkan keduanya selama masa yang dikehendaki oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala).
Kemudian Zahrah menampakkan diri lagi kepada keduanya, lalu keduanya merayunya agar menyerahkan diri kepada keduanya, tetapi Zahrah menjawab, “Aku mau menuruti kehendakmu berdua, hanya saja aku mempunyai suami dan aku tidak suka bila suamiku nanti mengetahui perbuatanku yang akibatnya rahasiaku akan terbongkar. Akan tetapi, jika kamu berdua berjanji kepadaku mau masuk agamaku dan mengajarkan kepadaku cara naik ke langit, niscaya aku akan memenuhi kemauanmu.”
Keduanya memasuki agama wanita itu dan mendatanginya seperti apa yang dikehendaki oleh keduanya. Setelah itu keduanya membawa Zahrah naik ke langit. Tetapi setelah mereka sampai di langit, wanita itu diculik dari tangan keduanya, dan sayap keduanya dipotong hingga akhirnya keduanya terjatuh ke bumi dalam keadaan takut, menyesal, dan menangisi perbuatannya.
Pada masa itu di bumi terdapat seorang nabi yang selalu memanjatkan doa di antara dua Jumat; apabila datang hari Jumat berikutnya, maka doanya diperkenankan. Keduanya berkata “Sebaiknya kita datang kepada si Fulan (nabi tersebut), lalu kita meminta kepadanya agar sudi memohonkan tobat buat kita.” Keduanya datang kepada nabi itu, lalu si nabi berkata, “Semoga Allah mengasihani kamu berdua, mana mungkin penduduk bumi memohonkan tobat buat penduduk langit?” Keduanya berkata, “Sesungguhnya kami telah tertimpa cobaan.” Nabi berkata, “Kalau demikian, datanglah kamu berdua pada hari Jumat.” Pada hari Jumat keduanya datang kepada nabi itu, dan nabi berkata, “Aku masih belum dikabulkan barang sedikit pun buat kamu berdua. Sebaiknya kamu datang lagi kepadaku pada hari Jumat berikutnya.” Maka keduanya datang kepadanya pada Jumat berikutnya.
Nabi itu berkata, “Kamu berdua harus memilih, karena sesungguhnya kamu disuruh memilih salah satu di antara dua alternatif. Kamu boleh memilih selamat di dunia dan azab di akhirat. Atau jika kamu suka, boleh memilih azab di dunia, sedangkan di akhirat urusan kamu berdua berada di tangan kekuasaan Allah.”
Salah satu dari keduanya berkata, “Sesungguhnya masa yang dilalui oleh dunia baru sebentar.” Yang lain mengatakan, “Celakalah kamu, sesungguhnya aku pada mulanya mau menuruti kemauanmu, sekarang kamu harus mau menuruti kemauanku. Sesungguhnya azab yang fana (azab di dunia) tidaklah seperti azab yang kekal (azab di akhirat).” Malaikat pertama berkata, “Sesungguhnya kita di hari kiamat nanti berada dalam tangan kekuasaan Allah, maka aku merasa ta-kut bila Dia mengazab kita nantinya.” Malaikat yang kedua menjawab, “Tidak, sesungguhnya aku berharap Allah pasti mengetahui bahwa kita telah memilih azab di dunia karena takut azab akhirat, semoga saja Dia tidak menggabungkan keduanya pada kita.”
Keduanya sepakat memilih azab di dunia, maka keduanya dijungkirkan dalam keadaan terikat oleh rantai besi ke dalam sebuah lubang yang bagian atas dan bagian bawahnya dipenuhi dengan api.
Sanad riwayat ini berpredikat jayyid (baik) sampai kepada Abdullah ibnu Umar. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan predikat marfu’ pada riwayat Ibnu Jarir melalui hadis Mu’awiyah ibnu Saleh, dari Nafi’. Akan tetapi, sanad riwayat ini lebih kuat dan lebih sahih. Kemudian perlu diketahui bahwa riwayat Ibnu Umar bersumber dari Ka’b, seperti yang diterangkan dahulu pada riwayat Salim, dari ayahnya.
Bagian hadis yang mengatakan bahwa sesungguhnya Zahrah d-turunkan dalam rupa seorang wanita yang cantik —demikianlah menurut riwayat dari Ali— di dalamnya terkandung hal yang sangat aneh.