Dunia Perdukunan

Dunia Perdukunan

Keduanya turun di negeri Babil, yaitu di Dainawan. Lalu keduanya menjalankan hukum peradilan, dan apabila sore hari keduanya kembali naik ke langit. Apabila pagi hari, keduanya turun untuk melaksanakan tugasnya. Keduanya terus dalam keadaan demikian selama beberapa masa, hingga datanglah kepada keduanya seorang wanita yang mengadukan masalah suaminya. Keduanya tertarik oleh kecantikan wanita itu, nama wanita tersebut menurut bahasa Arab adalah Zahrah, menurut bahasa Nabat Baidakhat, sedangkan menurut bahasa Persia disebut Anahid.

Salah seorang dari kedua malaikat berkata kepada yang lainnya, “Sesungguhnya wanita ini benar-benar memikat hatiku.” Malaikat yang lain berkata, “Sesungguhnya aku pun bermaksud mengatakan hal yang sama kepadamu, tetapi aku merasa malu.” Maka malaikat pertama berkata, “Bagaimanakah pendapatmu jika aku kemukakan kepadanya kemauan kita terhadap dirinya?” Malaikat yang kedua menjawab, “Setuju.” Malaikat pertama bertanya, “Akan tetapi, bagaimana dengan azab Allah?” Malaikat yang kedua menjawab, “Sesungguhnya kita berharap akan rahmat (ampunan) Allah.”

Ketika wanita itu datang kepada keduanya mengadukan perkara suaminya, maka dikemukakan kepada si wanita tersebut maksud dan keinginan keduanya terhadap diri si wanita itu. Tetapi wanita itu menjawab, “Tidak, sebelum kamu berdua memutuskan perkara suamiku untuk kemenangan diriku.” Lalu keduanya memutuskan perkara untuk kemenangan si wanita atas suaminya, kemudian wanita itu menjanjikan kepada kedua malaikat tersebut bahwa dirinya akan datang menemui keduanya di suatu tempat yang sepi di antara tempat-tempat yang tak berpenghuni.

Lalu keduanya datang ke tempat tersebut memenuhi janji wanita itu. Tetapi ketika keduanya hendak melampiaskan keinginannya, si wanita berkata, “Aku tidak akan memenuhi keinginanmu sebelum kamu berdua menceritakan kepadaku mantera yang menyebabkan kamu berdua dapat terbang naik ke langit, juga mantera yang menyebabkan kamu dapat turun darinya.” Lalu keduanya menceritakan mantera tersebut kepada si wanita. Wanita itu membacanya, lalu ia dapat terbang ke langit. Akan tetapi, Allah membuatnya lupa kepada mantera yang menyebabkan dia dapat turun. Maka ia tetap berada di tempatnya, dan Allah mengutuknya menjadi bintang.

Tersebutlah bahwa apabila Abdullah ibnu Umar melihat bintang tersebut, dia melaknatnya dan mengatakan, “Bintang inilah yang telah memfitnah Harut dan Marut.”

Sedangkan yang dialami oleh kedua malaikat tersebut adalah: Ketika sore hari keduanya hendak naik ke langit, tetapi ternyata keduanya tidak mampu melakukannya, hingga keduanya merasakan bahwa dirinya pasti binasa. Maka keduanya disuruh memilih antara azab di dunia atau azab di akhirat. Keduanya memilih azab di dunia, lalu keduanya digantung di negeri Babil; dan sejak itu keduanya menceritakan kepada orang-orang tentang perkataan yang telah diucapkan oleh si wanita tersebut, yakni ilmu sihir.

Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid, bahwa perihal yang dialami oleh Harut dan Marut pada mulanya ialah karena para malaikat merasa heran dengan perbuatan zalim yang dilakukan oleh Bani Adam, padahal rasul-rasul dan kitab-kitab serta keterangan-keterangan (mukjizat-mukjizat) telah didatangkan kepada mereka. Maka Allah berfirman kepada mereka, “Pilihlah dari kalian dua malaikat, Aku akan menurunkan keduanya guna memutuskan peradilan di muka bumi.” Lalu mereka mengadakan pilihan di antara sesama mereka, ternyata Harut dan Marut tidak menolak.

Ketika menurunkan keduanya ke bumi, Allah berfirman kepada keduanya, “Kalian berdua merasa heran terhadap Bani Adam atas kezaliman dan kedurhakaan mereka, padahal mereka telah didatangi oleh para rasul dan kitab-kitab dari suatu masa ke masa yang lain. Sesungguhnya kini antara Aku dan kamu berdua tidak ada seorang rasul pun. Maka lakukanlah demikian dan demikian, dan serukanlah demikian dan demikian.” Allah memberikan kepadanya beberapa perintah dan beberapa larangan, dan keduanya turun dengan membawa misi tersebut.

Tiada seorang pun yang lebih taat kepada Allah daripada keduanya, keduanya memutuskan hukum (di antara manusia) dengan keputusan yang adil. Keduanya melakukan tugas peradilannya di siang hari di antara Bani Adam; dan apabila petang hari, “keduanya naik ke Langit dan bergabung bersama malaikat lainnya. Keduanya turun kembali ke bumi pada pagi harinya, lalu memutuskan peradilan dengan cara yang adil.

Hal tersebut berlangsung pada keduanya hingga diturunkan kepada keduanya Zahrah dalam rupa seorang wanita yang paling cantik. Ia datang mengadukan perkara suaminya, lalu keduanya memutuskan peradilan untuk kekalahan pihak si wanita tersebut. Ketika wanita itu bangkit hendak pergi, maka masing-masing dari kedua malaikat tersebut merasakan sesuatu pada dirinya terhadap diri si wanita itu. Maka salah seorang berkata kepada temannya, “Apakah engkau merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan sekarang?” Temannya menjawab, “Ya.” Maka keduanya mengirimkan utusan kepada si wanita untuk menyampaikan pesan keduanya, bahwa hendaknya si wanita tersebut datang lagi dan keduanya akan memutuskan peradilan untuk kemenangannya.

Ketika wanita itu kembali kepada keduanya, mereka mengutarakan hasratnya kepada wanita itu dan memutuskan peradilan untuk kemenangan si wanita. Maka keduanya mendatanginya dan membuka aurat keduanya. Sesungguhnya aurat keduanya ada pada napas keduanya, dan syahwat keduanya serta kelezatannya terhadap wanita tidak sama dengan yang ada pada Bani Adam. Setelah keduanya sampai pada tahap tersebut dan menghalalkan perbuatan yang haram serta terjerat ke dalam fitnah wanita tersebut, maka wanita itu —yakni Zahrah— terbang dan kembali ke tempatnya semula.

Pada sore harinya ketika keduanya hendak naik, tiba-tiba keduanya dilarang untuk naik, dan kedua sayapnya tidak mau lagi membawanya terbang. Lalu keduanya meminta tolong kepada seorang lelaki dari kalangan Bani Adam. Keduanya datang kepadanya dan mengatakan, “Berdoalah kepada Tuhanmu buat kami.” Si lelaki (nabi) menjawab, “Mana mungkin penduduk bumi memohon syafaat buat penduduk langit?'” Keduanya berkata, “Kami pernah mendengar beritamu yang disebutkan oleh Tuhanmu dengan sebutan yang baik di langit.”

Kemudian si lelaki itu menjanjikan kepadanya suatu janji di suatu hari yang pada hari itu dia mendoakan buat keduanya. Si lelaki itu berdoa untuk keduanya dan diperkenankan baginya, maka keduanya disuruh memilih antara azab di dunia atau azab di akhirat. Masing-masing memandang kepada temannya dan berkata, “Tahukah kamu bahwa gelombang-gelombang azab Allah di akhirat demikian dan demikian dalam keadaan kekal dan abadi, sedangkan azab di dunia yang seperti itu hanya sembilan kali.” Keduanya diperintahkan agar tinggal di Babil, lalu di tempat itulah keduanya diazab. Diduga bahwa keduanya digantung dengan rantai besi dalam keadaan terbalik, sedangkan kedua sayapnya digerak-gerakkannya.

Sehubungan dengan kisah Harut dan Marut ini sejumlah tabi’in telah mengetengahkan riwayatnya, misalnya Mujahid, As-Saddi, Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, -Abul Aliyah, Az-Zuhri, Ar-Rabi’ ibnu Anas, Muqatil ibnu Hayyan, dan lain-lainnya. Ulama ahli tafsir dari kalangan Mufassirin terdahulu dan yang kemudian mengetengahkannya pula, tetapi pada kesimpulannya semuanya itu merujuk kepada kisah-kisah dari Bani Israil dalam semua rinciannya, mengingat tiada suatu hadis yang marfu’ lagi sahih mengenainya yang muttasil (berhubungan) kepada Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) yang tidak pernah berbicara dari dirinya sendiri melainkan dari wahyu yang diturunkan kepadanya.

Sedangkan pengertian lahiriah dari konteks yang disajikan oleh Al-Qur’an adalah garis besar dari kisah tersebut tanpa rincian dan tanpa pembahasan panjang lebar. Maka kewajiban kita hanya beriman dengan semua yang disebut oleh Al-Qur’an menurut apa yang dikehendaki oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala)., karena hanya Dialah Yang Maha Mengetahui hal yang sebenarnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *