Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir menekankan pentingnya keseimbangan dalam menjalankan ajaran agama serta perlunya dialog yang konstruktif antar elemen bangsa.
Dalam acara Silaturahmi dengan Rekan Media yang digelar di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta, pada Selasa (25/3/2025), Haedar menyampaikan bahwa ajaran Islam menekankan prinsip tidak berlebihan dalam beragama serta menumbuhkan suasana yang menggembirakan dalam menjalankan kehidupan beragama.
Menurut Haedar, kegembiraan dalam beragama bukan hanya berdampak pada kehidupan spiritual individu, tetapi juga memiliki pengaruh besar dalam membangun harmoni sosial dan kehidupan berbangsa.
Dia menegaskan bahwa ajaran agama seharusnya tidak membebani, melainkan menjadi sumber inspirasi dan kebahagiaan bagi umat.
“Islam mengajarkan keseimbangan dan menghindari sikap berlebihan. Oleh karena itu, agama harus hadir dengan membawa kegembiraan, bukan ketakutan,” ujar Haedar.
Lebih lanjut, Haedar menyoroti bahwa keseimbangan dalam beragama juga harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Hal ini mencakup sikap bijaksana dalam menyikapi berbagai perbedaan yang ada serta menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Dia juga mengingatkan bahwa seluruh elemen bangsa perlu menanamkan nilai-nilai musyawarah dalam mengambil keputusan, sehingga tercipta kehidupan demokrasi yang sehat dan inklusif.
Haedar juga menekankan pentingnya menyiapkan generasi emas yang akan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Menurutnya, keberhasilan bangsa sangat bergantung pada kesiapan generasi muda dalam menghadapi tantangan global.
“Pembangunan bangsa tidak hanya ditentukan oleh kebijakan pemerintah semata, tetapi juga oleh kesiapan generasi penerus dalam memahami nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, dan kebudayaan,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Haedar mengajak semua pihak untuk kembali menelaah nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila, yang mencakup unsur kerakyatan, kebijaksanaan, dan permusyawaratan.
Dia mempertanyakan apakah sistem demokrasi yang saat ini berjalan sudah sesuai dengan semangat yang terkandung dalam sila tersebut.
“Apakah demokrasi kita sudah berada dalam jalur yang benar? Sejauh mana pencapaian kita dalam mewujudkan demokrasi yang sejati dan berkualitas? Ini menjadi pertanyaan yang harus kita jawab bersama,” ujar Haedar.
Haedar juga menegaskan bahwa evaluasi dan dialog antar elemen bangsa harus terus dilakukan sebagai bentuk refleksi terhadap perjalanan demokrasi dan pembangunan bangsa.
Dia meyakini bahwa masa depan Indonesia akan sangat bergantung pada generasi muda yang memiliki komitmen tinggi dalam menjaga persatuan, kebersamaan, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara.
“Evaluasi dan dialog yang terus-menerus sangat penting agar kita dapat menciptakan generasi emas yang akan menjadi pilar utama dalam menentukan arah masa depan Indonesia,” ujarnya.
Selain berdialog, Haedar juga menekankan perlunya rasa memiliki dan saling percaya di antara sesama warga bangsa.
Dia mengingatkan bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila, khususnya sila keempat, harus terus diperkuat agar menjadi landasan utama dalam membangun bangsa yang demokratis, adil, dan sejahtera.
“Dengan semangat evaluasi, dialog, dan saling percaya, bangsa ini akan terus melangkah maju. Kita harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama, Pancasila, serta kebudayaan yang menjadi identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Dengan begitu, kita dapat menjaga keutuhan dan kejayaan Indonesia di masa depan,” pungkas Haedar. (wh)