Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengulas kembali makna mendalam dari pesan pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan, yang berbunyi: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”
Menurut Haedar, pesan tersebut tidak bisa dipahami secara harfiah. Ia menegaskan pentingnya menafsirkan pesan itu secara kontekstual, agar tidak disalahartikan sebagai larangan mencari nafkah melalui amal usaha Muhammadiyah (AUM).
“Jadi Kiai Dahlan tidak melarang dokter, guru, dosen, dan siapapun yang bekerja di amal usaha dia memperoleh kompensasi dari apa yang dia lakukan lewat profesinya. Dan itu layak, itu sah, itu halal,” jelas Haedar Nashir saat meresmikan Gedung Delapan Lantai Ji’ronah RSA Bojonegoro, Sabtu (11/10/2025).
Ia menekankan bahwa meskipun seseorang menerima imbalan dari profesinya di AUM, semangat kontribusi dan pengabdian tidak boleh ditinggalkan. Menurutnya, bekerja di lingkungan Muhammadiyah tidak boleh semata-mata didasari motif ekonomi.
“Ada bagian dan mungkin juga banyak bagian yang harus bapak ibu sumbangkan berupa ilmu, profesi, bahkan bila perlu juga kalau punya penghasilan, ya, penghasilan itu dibagi,” ujarnya.
“Jadi tolok ukur ini berbeda dengan hanya ingin mencari penghidupan semata,” sambung Haedar.
Haedar mengingatkan agar siapa pun yang berkiprah di AUM tidak bersikap egois, hanya fokus pada keuntungan pribadi, tanpa menyumbangkan tenaga, pikiran, atau bentuk kontribusi lainnya untuk kemajuan institusi.
“Karena apa? Pada umumnya amal usaha Muhammadiyah tumbuh dari bawah, dari nol. Maju-maju gitu karena semangat pengabdian tadi, menghidupkan amal usaha untuk apa,” ungkapnya.
Ia pun berpesan bahwa bekerja di Muhammadiyah hendaknya tidak hanya dilihat sebagai peluang ekonomi, tetapi juga sebagai ladang perjuangan yang memerlukan keikhlasan, dedikasi, dan semangat memberi, sebagaimana semangat awal pendiri persyarikatan.
“Maka ketika seseorang telah memutuskan untuk bekerja di AUM,” lanjut Haedar, “kesempatan bekerja itu disertai dengan nilai-nilai perjuangan atau pengkhidmatan sesuai pesan Kiai Dahlan: ‘Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah. (*/tim)
