Harmoni Semesta: Bukti Tauhid yang Nyata

Harmoni Semesta: Bukti Tauhid yang Nyata
*) Oleh : Ubaidillah Ichsan, S.Pd. K. Mdy
Tapak Suci Putra Muhammadiyah (TSPM) Pimda 030 Jombang
www.majelistabligh.id -

​”Natural order is a reflection of the oneness of God; if the ruler is single, then peace will prevail”
“(Keteraturan alam adalah cermin keesaan Tuhan; jika penguasanya tunggal, maka kedamaianlah yang menetap)”

​Pernahkah kita merenung? Langit luas berdiri kokoh tanpa tiang, gunung-gunung memaku bumi, serta tarian siang dan malam yang presisi adalah bukti nyata kehebatan Sang Pencipta. Alam ini terlalu rapi untuk dikelola lebih dari satu penguasa. Logikanya, jika ada dua tuhan, semesta pasti kacau karena perbedaan kehendak.

​Allah itu Ahad, Maha Tunggal. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan karena Dia bukan makhluk. Keindahan ciptaan ini mengajak kita untuk hanya bersandar dan berlindung kepada-Nya, Sang Pemilik Kekuasaan Mutlak, bukan kepada makhluk yang sama lemahnya dengan kita.​Allah SWT berfirman,
لَوْ كَانَ فِيهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَا
Artinya:
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa...” (Qs. Al-Anbiya: 22)

Menurut Tafsir Jalalain, ayat ini menjelaskan bahwa keteraturan alam mustahil terjadi jika ada dua pencipta. Perbedaan kehendak di antara dua tuhan hanya akan melahirkan kehancuran. Inilah bukti logis bahwa Tuhan itu Esa.

Dalam hadis, dari Abu Hurairah meriwayatkan ​bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, Allah SWT berfirman,
كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي، كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفْؤًا أَحَدٌ
Artinya:
Anak cucu Adam mendustakan-Ku padahal itu tidak pantas baginya, dan mereka mencaci-Ku padahal itu tidak patut baginya. Adapun pendustaannya terhadap-Ku, yaitu perkataannya, ‘Allah tidak akan mengembalikanku sebagaimana Dia menciptakanku pertama kali.’ Padahal, tidaklah penciptaan pertama lebih mudah bagi-Ku daripada mengembalikannya. Sedangkan caciannya kepada-Ku, yaitu perkataannya, ‘Allah memiliki anak.’ Padahal, Aku Yang Maha Esa lagi tempat meminta segala sesuatu, Aku tidak melahirkan maupun dilahirkan, dan Aku tidak memiliki tandingan seorang pun.” (HR. Bukhari No. 4974)

Hadis Qudsi ini menegaskan bahwa Allah SWT menyatakan bahwa Anak Adam (manusia) telah mendustakan-Nya dengan menyangka bahwa Dia punya anak atau sekutu, padahal Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa (Ahad), tempat bergantung segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada tandingan bagi-Nya. Ini merupakan penolakan tegas terhadap konsep tauhid (keesaan Allah) yang menolak segala bentuk syirik (menyekutukan Allah).

Jadi, ​Keesaan Allah bukan hanya doktrin agama, tapi fakta logika yang terlihat dari keseimbangan alam. Mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan berarti membebaskan diri dari ketergantungan kepada makhluk dan menemukan tempat berlindung yang paling kokoh.

Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Search