Hidup Nikmat, Mati Nikmat: Renungan Tentang Tujuan Sejati

Hidup Nikmat, Mati Nikmat: Renungan Tentang Tujuan Sejati
*) Oleh : Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
www.majelistabligh.id -

Tidak ada yang salah dengan memiliki rumah megah, mobil mewah, berlibur ke luar negeri, menikmati makanan lezat, mengenakan pakaian indah, atau menjalani hidup yang nyaman. Semua itu adalah bagian dari karunia dunia yang Allah izinkan untuk dinikmati.

Namun, ketika kenikmatan dan kemewahan dunia menjadi tujuan utama hidup, di situlah bahaya mulai mengintai. Sebab, hidup bukan hanya tentang bagaimana kita bisa hidup enak, tetapi juga tentang bagaimana kita mati dengan tenang.

Kita sering sibuk mempersiapkan dunia, namun melupakan bekal menuju akhirat. Padahal, kematian pasti datang, dan kubur adalah tempat pertama kita memulai perjalanan panjang menuju kehidupan abadi.

Di sanalah setiap amal akan memperlihatkan hasilnya:

Siapa yang menanam kebaikan, akan menuai kebaikan bagi dirinya sendiri.

Siapa yang menanam keburukan, keburukan itu pula yang akan kembali padanya.

Maka kematian bisa menjadi dua hal, tergantung dari apa yang kita lakukan semasa hidup:

Awal dari kesedihan, yang membawa pada penyesalan dan penderitaan yang jauh lebih berat daripada di dunia.

Awal dari kebahagiaan, yang menghantarkan kepada kedamaian dan kenikmatan abadi di surga.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Alam kubur adalah taman dari taman-taman surga atau lubang dari lubang-lubang neraka.
(HR. At-Tirmidzi, no. 2460)

Khalifah Utsman bin Affan ra. pun dikenal menangis setiap kali melihat pemakaman. Ketika ditanya mengapa beliau tidak menangis saat mengingat surga dan neraka, namun justru menangis di hadapan kubur, beliau menjawab:

Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka perjalanan selanjutnya akan mudah. Namun jika ia tidak selamat, maka siksa berikutnya akan jauh lebih berat.”
(HR. At-Tirmidzi, hasan gharib)

Begitulah, kubur akan menjadi gerbang kebahagiaan bagi orang yang beramal saleh, atau gerbang kesengsaraan bagi yang lalai. Semuanya tergantung dari apa yang kita persiapkan hari ini.

Semoga kita termasuk orang yang senantiasa memperbaiki diri, memperbanyak amal baik, dan dipanggil Allah dalam keadaan husnul khatimah.

Barakallahu fiikum.

Tinggalkan Balasan

Search