Kajian Ahad Pagi PCM Wiyung Bahas Akhlaqul Karimah di Era Disrupsi

Kajian Ahad Pagi PCM Wiyung Bahas Akhlaqul Karimah di Era Disrupsi
www.majelistabligh.id -

Kajian Ahad pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wiyung Kota Surabaya kali ini, (7/9/2025) mengangkat tema Akhlaqul Karimah di Era Disrupsi bersama Ustadz Musa Abdullah,SAg,  Bendahara Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya di masjid At Taqwa.

Tampak hadir dalam kajian kali ini segenap PCM Wiyung, segenap Majelis dan Lembaga se-Cabang Wiyung, Pimpinan Ortom (Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, IPM, HW) se-Cabang Wiyung. Juga para pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yakni Darul Hufaadz, TK Aisyiyah 31, SDM 15, SMPM 17 dan SMAM 9), Panti Asuhan Muhammadiyah dan Aisyiyah Wiyung, Takmir Masjid se-Cabang Wiyung dan simpatisan Muhammadiyah se-Cabang Wiyung.

Ketua PCM Wiyung H Suri Marzuki SE dalam sambutannya menyampaikan terimakasih atas kehadiran bapak ibu semua, ustadz ustadzah guru karyawan Perguruan Muhammadiyah Wiyung.

“Alhamdulillah kajian Ahad Pagi setiap bulan ini bisa kita laksanakan bersama ustadz Musa Abdullah SAg Bendahara PDM Surabaya, terimakasih ustadz atas kehadirannya, semoga ilmu yang nanti disampaikan bermanfaat buat kita semua,” seru Abah Suri, panggilan akrabnya.

Sementara itu, Ustaz Musa Abdullah mengawali kajiannya dengan menyapa dan bersilaturahim kepada seluruh hadirin dalam kajian in.”Landasan kita mengkaji Akhlaqul Karimah di Era Disrupsi ada pada surat Ali Imran ayat 104 dan sesuai silsilah KH Ahmad Dahlan… Seperti yang pernah yang disampaikan ustadz Adi Hidayat, Muhammadiyah menarik dari nilai dan karakter Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam,” tuturnya.

Dalam Al Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 menyatakan, ” Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta yang banyak mengingat Allah “. Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah contoh teladan terbaik dalam segala perkataan, perbuatan, dan tindakan bagi orang-orang mukmin yang berharap rahmat Allah dan kebaikan di akhirat.

Detik-detik kelahiran Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, Nabi dan Rasul terakhir lahir di kota Makkah, banyak tanda-tanda alam dan peristiwa besar sebelum dan setelah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, diantaranya; 1. Tentara gajah dihancurkan burung ababil yang dikirim oleh Allah 2. Api abadi umat Majusi padam 3. Istana Kisra hancur 4. Jin tak lagi mencuri berita dari langit 5. Muncul bintang besar bercahaya yang menerangi seluruh dunia 6. Burung-burung beterbangan di langit kota Makkah 7. Pohon-pohon kurma yang kering kembali berbuah 8. Berhala di Kakbah berjatuhan hancur dan bersujud kepada Allah 9. Istana Kisra rubuh 10. Aminah tak merasa letih mengandung 11. Saat melahirkan Aminah tak merasa sakit 12. Aminah ditemani Asiyah (istri raja Fir’aun) dan Maryam (ibu nabi Isa Alaihisalam) dalam proses persalinan 13. Binatang ternak yang kurus menjadi gemuk 14. Tanah kering menjadi subur 15. Suara dari Kakbah yang mengabarkan kelahiran Nabi dan Rasul terakhir.

HSR. Muslim no. 746 Dari Sa‘d bin Hisyam bin ‘Amir, ia berkata; Aku datang kepada ‘Aisyah (Ummul Mukminin), lalu aku berkata : ” Wahai Ummul Mukminin, beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah صلى الله عليه وسلم .“ ‘Aisyah menjawab : ” Akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Tidakkah engkau membaca firman Allah Ta‘ala: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas budi pekerti yang agung (QS. Al-Qalam: 4). ” Dalam hadis Nabi; “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Menurut ustadz Musa secara bahasa (Lughah) akhlak berasal dari kata al-khuluq (الخلق) yang berarti: Perangai, tabiat, budi pekerti, atau kebiasaan. Berakar dari kata khalq (ciptaan lahir) dan khuluq (ciptaan batin).”Jadi, khalq itu bentuk lahiriah manusia, sedangkan khuluq adalah sifat batiniah yang membentuk perilaku.”Tuturnya.

Sedangkan menurut istilah (terminologi); para ulama mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
➢ Al-Ghazali: “Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, darinya lahir perbuatan dengan mudah, tanpa perlu dipikirkan atau dibuat-buat.“ (Ihya’ Ulumuddin, 3/52)
➢ Ibnu Miskawaih : “Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong perbuatan tanpa pertimbangan pikiran, baik atau buruk.“ (Tahdzib al-Akhlaq, hlm. 25)
➢ Ibn Qayyim al-Jauziyyah : “Agama seluruhnya adalah akhlak. Maka barang siapa yang semakin baik akhlaknya, semakin sempurnalah agamanya.“ (Madarij as-Salikin, 2/294).

Macam-macam akhlak dalam Al Qur’an; jujur (shidiq), sabar, pemaaf, tawadhu’ (rendah hati), menahan amarah, berbuat baik kepada orang tua, dermawan, menepati janji, tidak sombong dan menepati janji. Maka kita harus berakhlaq kepada Allah (tauhid, ikhlas, syukur, tawakal), berakhlaq kepada Rasulullah (cinta, taat, shalawat, meneladani), berakhlaq kepada sesama manusia (orang tua, keluarga, tetangga, masyarakat), berakhlaq kepada diri sendiri (ilmu, kesabaran, menjaga kehormatan), dan berakhlaq kepada alam (tidak merusak, hemat, sayang.

“Disamping itu, kita harus bisa menghindari akhlak tercela, terutama di era era Disrupsi ini,” ungkap ustaz Musa sambil menanyakan kepada peserta, ada yang tau era disrupsi?

Kemudian ustaz memberikan penjelasan Era disrupsi adalah suatu masa atau zaman yang ditandai dengan perubahan besar, cepat, dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama) akibat kemajuan teknologi, terutama digital.

Tantangan akhlak di Era Disrupsi diantaranya;
1.Individualisme: sibuk dengan gawai, kurang peduli lingkungan.
2.Ujaran kebencian & hoaks: mudah menyebar melalui media sosial.
3.Konsumerisme digital: boros dalam belanja online.
4.Kejatuhan moral: mudah terpengaruh budaya luar yang tidak sesuai Islam.

Sikap Muhammadiyah dalam menghadapi era disrupsi diantaranya; adaptif dan progresif, berbasis akhlaqul karimah, dakwah digital, penguatan SDM berkemajuan, dan memanfaatkan disrupsi untuk kemaslahatan.

“Sedangkan strategi menjaga akhlak di era disrupsi yaitu memperkuat iman dan ilmu, menjadikan Al Qur’an dan sunnah sebagai panduan moral, bijak dalam menggunakan teknologi (digital literasi), dan menyaring sebelum sharing, serta sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah,” imbuh ustaz Musa sambil berpamitan menutup kajian. (ali shodiqin)

Tinggalkan Balasan

Search