*) Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Seorang pemuda duduk dengan tatapan mata kosong di samping telaga. Dia sedang galau dan tidak bahagia.
“Sedang apa Kau di sini, anak muda?”, tanya seorang kakek yang tinggal di sekitar situ.
Anak muda itu menoleh sambil berkata, ” Aku lelah, Kek. Aku sudah berusaha mencari kebahagiaan, tapi tak kunjung kudapatkan,” keluh si anak muda dengan wajah muram.
“Di depan sana ada sebuah taman. Coba ke sana dan tangkap seekor kupu-kupu. Setelah itu aku jawab pertanyaanmu,” kita si kakek.
Meski ragu, anak muda itu pergi juga ke arah yang ditunjuk. Tiba di sana, dia takjub melihat taman indah dan kupu-kupu yang beterbangan.
Si pemuda mengendap-endap menuju sasarannya. Hap…! Sasaran itu luput. Dikejarnya kupu-kupu ke arah lain. Hap…! Lagi-lagi gagal. Dia berlari tak beraturan, menerjang rumput, tanaman bunga, semak. Tapi, tak satu pun kupu-kupu yang berhasil ditangkapnya.
Si kakek berkata, “Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Sibuk berlari ke sana kemari, menabrak tak tentu arah, bahkan menerobos tanpa peduli ada yang kamu rusak?”
“Nak, mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu-kupu. Tidak perlu kau tangkap fisiknya, biarkan kecantikannya memenuhi alam semesta ini. Nikmati keindahan warna dan geraknya di pikiranmu dan simpan baik-baik di dalam hatimu.
Kebahagiaan bukanlah benda yang dapat digenggam dan disimpan. Ia tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana. Peliharalah baik-baik, munculkan setiap saat dengan rasa syukur, maka tanpa kau sadari, kebahagiaan itu akan sering datang sendiri.”
Kakek itu mengangkat tangannya. Tak lama seekor kupu-kupu hinggap di ujung jari dan mengepakkan sayapnya, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.
Kebahagiaan sesungguhnya tidak jauh, dia ada di setiap hati yang selalu bersyukur. Tak perlu mencari, biarkan dia datang sendiri.
Barakallahu fiikum. (*)