*)Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Sudah menjadi watak dan karakter orang kafir untuk membenci orang beriman. Bahkan mereka berani mengusir orang yang mengagungkan Allah. Di sisi lain, orang muslim tidak berpegang teguh pada janji Allah yang akan memberi kemenangan dan kemuliaan orang yang berpegang teguh pada janji Allah.
Janji Allah akan memberi kemenangan dan kekuasaan pada mereka yang berpegang teguh pada nilai-nilai keagungan. Keraguan inilah yang membuat orang muslim cinta dan condong hatinya pada orang yang membenci mereka serta meragukan janji Allah.
Penghinaan Orang Kafir
Sifat kekafiran membenci orang yang berpegang teguh pada nilai-nilai keagungan. Bahkan mereka berkeinginan untuk mengusirnya dari komunitasnya. Nasib orang yang beriman yang diusir orang kafir diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لِرُسُلِهِمۡ لَنُخۡرِجَنَّكُم مِّنۡ أَرۡضِنَآ أَوۡ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا ۖ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ رَبُّهُمۡ لَنُهۡلِكَنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ
Artinya:
Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka, “Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, “Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu, (QS. Ibrāhīm : 13)
Pengusiran itu akan dihentikan ketika orang beriman keluar Islam dan mengikuti agama mereka. Itulah yang dikehendaki orang kafir agar orang beriman meninggalkan keimanannya dan beralih menjadi kafir.
Ini merupakan hal yang kontradiksi.
Di satu sisi, mereka berjuang menegakkan hak setiap manusia untuk hidup bersama dan berdampingan. HAM sebagai agama mereka. Mestinya memberi peluang manusia beragama apapun untuk bebas mengekspresikan beragamanya. Namun mengapa mereka justru berjuang menghalangi orang mukmin beragama. Mereka baru berhenti mengusir orang beriman ketika mau mengikuti cara beragama mereka
Keraguan Pada Janji Allah
Orang kafir senantiasa mencari cara untuk mempengaruhi dan menguasai orang muslim. Semua cara dan upaya itu agar umat Islam meniru dan mengikuti cara berpikir dan cara memahami kehidupan ini. Mengapa orang muslim umumnya mengikuti cara berpikir dan bahkan tunduk patuh perintah orang kafir. Maka tidak heran apabila orang Muslim pada akhirnya mengikuti cara beragama mereka. Padahal Allah berjanji akan menolong hamba beriman dan meneguhkan kekuasaannya bila mengikuti perintah-Nya. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
وَلَنُسۡكِنَنَّكُمُ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنۡ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ
Artinya:
dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku” . (QS. Ibrāhīm : 14)
Orang yang takut kepada Allah dan mengikuti perintah-Nya sajalah yang akan mendapat pertolongan Allah.
Namun kebanyakan kaum muslimin saat ini seringkali terlihat ragu. Padahal Allah jelas-jelas menjamin akan memberi kekuasaan bila mengikuti perintah-Nya. Namun kebanyakan kaum muslimin maaih terus berpikir dan berpikir dan bahkan ragu terhadap janji Allah.
Cara berpikir instan dan sesaat serta mengesampingkan nilai-nilai akhirat justru menjadi dominan di kalangan kaum muslimin. Bahkan mencapai tujuan dengan menjalankan praktik korupsi dan menindas harus mereka tempuh. Yang penting kenikmatan dan kebahagiaan dan kenikmatan hidup mereka peroleh. Maka tidak mengherankan umat Islam yang jumlahnya mayoritas senantiasa menjadi korban dan kelompok pinggiran yang tersisihkan dan terhinakan. (*)
Jakarta, 23 Pebruari 2025