Allah menggambarkan tentang kenikmatan surga yang dirasakan oleh suatu keluarga. Mereka merasakan kenikmatan surga dan diselamatkan dari neraka karena ketakwaan mereka kepada Allah. Ketika di dunia, mereka tergolong keluarga yang senantiasa takut kepada azab Allah, dan berusaha untuk selalu taat kepada-Nya. Karena merasa diawasi Allah, maka mereka menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan senantiasa menjaga diri agar tak terjerumus dalam pelanggaran syariat. Ketaatan kepada Allah diyakini sebagai bentuk syukur atas petunjuk dan karunia-Nya, maka Allah pun melindunginya dari azab neraka.
Keluarga Mengagumkan
Keluarga ini terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang saleh. Mereka hidup dalam lingkungan yang tidak mendukung untuk beribadah kepada Allah, tetapi mereka tidak pernah menyerah. Mereka senantiasa berdoa kepada Allah untuk meminta perlindungan dan petunjuk-Nya. Keluarga itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan pelanggaran terhadap syariat Allah. Namun, mereka tidak pernah terpengaruh oleh lingkungan sekitar, dan senantiasa mengingat Allah dan takut kepada azab-Nya.
Buah dari syukur itu melahirkan kenikmatan yang jauh lebih besar, yakni dimasukkan ke dalam surga dan diselamatkan dari azab neraka. Al-Qur’an menggambarkan perbincangan mereka di surga. Mereka mengucapkan syukur kepada Allah karena telah menjalankan kesabaran dengan menjalankan amal-amal kebaikan dan menjauhkan amal kemaksiatan, hal inlah yang membuatnya terseret dalam kehinaan di neraka. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ * قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ * فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ * إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ
“Dan sebagian mereka (penghuni surga) menghadap kepada sebagian yang lain; mereka bertanya-tanya. Mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami dahulu sewaktu di dunia, merasa takut (akan azab) di antara keluarga kami. Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami sebelum itu benar-benar berdoa kepada-Nya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Baik lagi Maha Penyayang” (QS Ath-Thur: 25-28).
Karena menyadari akan janji Allah yang membalas segala perbuatan di akhirat kelak, maka keluarga itu senantiasa menghabiskan waktu mereka untuk beribadah kepada Allah. Mereka rajin salat, berdoa, dan membaca Al-Qur’an serta beramal sosial kepada sesama manusia. Mereka juga menjauhkan diri dari kemaksiatan dan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah. Menjauhi zina, judi, dan makanan haram serta berbagai syubhat dalam beragama.
Keluarga ini senantiasa dalam keadaan terjaga dalam ketaatan kepada Allah dan selalu berhati-hati agar tidak terpeleset dalam jurang kemaksiatan. Mereka bersabar dalam ketaatan dan terpelanting dalam kehinaan duniawi sebagaimana yang dilakukan oleh mereka lalai oleh hawa nafsunya. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kamu berpaling dari mereka, karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (QS Al-Kahfi: 28).
Kisah keluarga yang diselamatkan dari neraka karena ketakwaan mereka kepada Allah adalah contoh bagi kita semua. Kita harus senantiasa takut kepada Allah dan berusaha untuk selalu taat kepada-Nya. Dengan demikian, kita dapat meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Keluarga Terjaga
Bentuk kehati-hatian terhadap kehidupan masyarakat yang penuh dengan kemaksiatan dan kefasikan, mereka senantiasa meminta petunjuk Allah. Namun, mereka tidak pernah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Mereka pun senantiasa berdoa untuk meminta anugerah berupa isteri dan keturunan yang menyejukkan hati. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang-orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al-Furqan: 74).
Dengan adanya keluarga yang dalam lindungan Allah, maka mereka saling berkompetisi dalam berbuat kebaikan. Mereka pun saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegagah kemunkaran. Karena ketakwaan itulah, maka Allah menyelamatkan mereka dari neraka dan memasukkan mereka ke dalam surga.
Karena ketaqwaan itulah maka Allah memelihara mereka dari kehinaan neraka dan menggantinya dengan ketenangan dan kegembiraan. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا * وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا
“Maka Allah memelihara mereka dari kejahatan hari itu dan memberikan kepada mereka ketenangan dan kegembiraan. Dan Dia membalas mereka dengan pahala surga dan pakaian sutera” (QS Al-Insan: 11-12).
Di tengah kekacauan dan kekalutan karena problem duniawi, orang-orang yang beriman dijaga Allah, senantiasa dalam ketenangan dan kegembiraan. Dalam ketenangan karena hatinya tentram, karena merasa yakin dalam lindungan Allah. Dalam kegembiraan karena yakin adanya hari pembalasan, sehingga mereka terdorong bergembira dalam berbuat ketaatan.
Surabaya, 25 Nopember 2025.
