Tidak semua pejuang Muhammadiyah hadir di panggung struktural. Sebagian memilih jalan sunyi—bekerja tanpa sorotan, bergerak tanpa hiruk-pikuk, namun jejaknya terasa panjang. Salah satu sosok itu adalah Taufiqurrahman, senior angkatan muda Muhammadiyah yang konsisten membersamai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sejak 2003 hingga hari ini.
Berangkat dari nol, Taufiqurrahman meniti hidup dengan kerja keras dan ketekunan hingga tumbuh sebagai pengusaha properti Malang Raya. Namun baginya, keberhasilan tidak pernah berhenti pada capaian pribadi. Ia memilih tetap dekat dengan dunia kaderisasi—mendampingi, menguatkan, dan membuka jalan bagi kader muda agar berani bermimpi dan bertumbuh.
Di lingkungan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, namanya dikenal sebagai sosok yang hadir saat dibutuhkan. Ia memberikan dukungan material dan moril, menyediakan fasilitas kegiatan, membuka ruang diskusi, serta menjadi tempat bertanya dan bersandar bagi kader IMM lintas generasi. Pendampingannya bukan sesaat, tetapi berkelanjutan—dari satu angkatan ke angkatan berikutnya.
Lebih dari sekadar memberi, Taufiqurrahman mendidik lewat keteladanan. Ia menanamkan nilai etos kerja, kemandirian ekonomi, keberanian mengambil keputusan, dan kesetiaan pada nilai-nilai Muhammadiyah. Tanpa jabatan struktural, ia tetap menjadi penggerak. Tanpa panggung besar, dampaknya justru mengakar.
Inilah wajah pergerakan Muhammadiyah non-struktural: bekerja dalam diam, memberi dalam konsistensi, dan membersamai dengan keikhlasan. Karena perjuangan sejati bukan tentang seberapa sering terlihat,
tetapi tentang seberapa lama setia mendampingi.
Iya juga mendirikan Yayasan Sehati Indonesia, yang terletak di Landungsari Malang, sebuah lembaga sosial yang hingga kini terus berkiprah secara konsisten dalam merancang dan menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat. Yayasan ini bergerak lintas sektor, mencakup pengembangan pertanian, peternakan, serta bidang-bidang produktif lainnya yang berorientasi pada kemandirian ekonomi dan penguatan kapasitas masyarakat.
Melalui pendekatan berkelanjutan, Yayasan Sehati Indonesia berperan sebagai ruang pengabdian transformatif, yang hingga saat ini ia kawal secara konsisten melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat.
Kisah Taufiqurrahman mengajarkan bahwa bermuhammadiyah tidak selalu tentang posisi, struktur, atau popularitas. Yang jauh lebih penting adalah konsistensi, keikhlasan, dan keberlanjutan amal.
“Saya yakin, setiap kader memiliki ruang pengabdian—sekecil apa pun—yang jika dijalani dengan setia akan melahirkan dampak besar bagi persyarikatan dan umat,” ujarnya.
Berjuanglah di mana pun berada, tetaplah membersamai, dan jangan pernah lelah memberi. Sebab dalam Muhammadiyah, amal yang sunyi sering kali justru paling bermakna. (m barqus salam – Kontributor Malang)
