Hidup yang barokah bukan hanya ketika kita sehat. Terkadang sakit justru menjadi barokah, sebagaimana kisah Nabi Ayyub `alaihissalām, yang sakitnya semakin menambah ketaatannya kepada Allah Subḥānahu Wa Ta‘ālā (QS. Ṣād [38]: 41–44).
Barokah itu tidak selalu panjang umur. Ada orang yang umurnya pendek tetapi dahsyat ketaatannya, sebagaimana Muṣ‘ab bin ‘Umair radhiyallāhu ‘anhu, yang wafat muda namun meninggalkan jejak perjuangan besar dalam dakwah Islam.
Tanah yang barokah bukanlah karena subur dan indah panoramanya. Tanah tandus seperti Makkah justru memiliki keutamaan yang tiada tandingannya di sisi Allah (QS. Āli ‘Imrān [3]: 96–97).
Makanan yang barokah bukan hanya yang kandungan gizinya lengkap, tetapi makanan yang mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah makan. Nabi Muhammad saw bersabda:
“Sebaik-baik makanan adalah yang di dalamnya ada keberkahan.” (HR. Ibn Mājah no. 3324)
Ilmu yang barokah bukanlah yang hanya kaya akan riwayat dan catatan kaki, tetapi ilmu yang mendorong pemiliknya untuk beramal, berjuang, dan mengorbankan tenaga serta pikirannya untuk agama Islam. Nabi ﷺ bersabda:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.” (HR. Muslim no. 2722)
Penghasilan yang barokah bukanlah gaji besar atau harta yang terus bertambah, tetapi sejauh mana penghasilan itu menjadi jalan rezeki bagi orang lain, menolong yang membutuhkan, dan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah (QS. Saba’ [34]: 39).
Anak yang barokah bukan hanya yang lucu saat kecil atau sukses dengan gelar, pekerjaan, dan jabatan tinggi saat dewasa. Anak yang barokah adalah yang senantiasa taat kepada Rabb-nya dan tidak henti-hentinya mendoakan kedua orang tuanya (QS. Al-Aḥqāf [46]: 15).
Barokah adalah sesuatu yang menambah ketaatan kita kepada Allah Subḥānahu Wa Ta‘ālā.
Semoga Allah memudahkan segala amanah dan pekerjaan kita hari ini. Āmīn Yā Rabbal-‘Ālamīn. (*)
