Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) Tulungagung kembali menggelar Kopdar ke-4 pada Sabtu (1/11/2025) di Aula Masjid Al Fattah, Jl. Mayjend Suprapto, Tulungagung. Mengangkat tema “Kunci Sukses Bisnis Era Digital: Cerdas dengan Data, Bijak dengan Etika,” kegiatan ini diikuti sekitar 70 peserta yang terdiri atas pengusaha, pelaku UMKM, dan pegiat bisnis dari berbagai daerah.
Acara ini menjadi ajang silaturahmi, pembelajaran, sekaligus inspirasi bagi pelaku usaha di lingkungan Muhammadiyah Tulungagung untuk tumbuh bersama menghadapi tantangan ekonomi digital.
Sesi pertama menghadirkan sosok inspiratif, H. Sutrimo—yang akrab disapa Abah Trimo—Owner Gangsar Group, perusahaan besar yang kini menaungi berbagai bidang usaha, mulai dari produksi kacang atom, distribusi snack, SPBU, agen LPG, SPPBE, hingga pertanian, perkebunan, dan perdagangan komoditas seperti gula, jagung, serta kayu jati.

Lahir pada tahun 1952 dan hanya menempuh pendidikan hingga Sekolah Dasar, Abah Trimo menapaki jalan panjang penuh perjuangan. Ia bekerja selama 15 tahun sebagai karyawan, sebelum akhirnya memberanikan diri berwirausaha. Kini, 44 tahun sudah ia bertahan dan berkembang di dunia bisnis.
“Dulu saya tidak punya apa-apa. Tapi dengan ketekunan, doa, dan dukungan keluarga, semuanya bisa tumbuh sedikit demi sedikit,” ujarnya.
Meski telah sukses, Abah Trimo kini memilih hidup sederhana. Di masa pensiunnya, ia mengabdikan diri sebagai marbot masjid yang diwakafkannya kepada Muhammadiyah—sebuah wujud kerendahan hati dari pengusaha yang pernah mempekerjakan ribuan orang.
Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya peran keluarga sebagai fondasi kesuksesan serta memberikan pesan berharga bagi generasi muda.
“Jangan banyak belanja hal konsumtif, pikirkan bisnisnya dulu biar jalan. Kalau duitmu sudah bisa dilipat, barulah belanja-belanja,” selorohnya disambut tawa para peserta.
Selain berbagi kisah perjalanan hidup, Abah Trimo juga memperkenalkan buku biografinya berjudul “Kisah Si Anak Canggei” karya Bayu Vedha, yang merekam perjalanan panjang, nilai perjuangan, dan filosofi hidup yang ia pegang teguh.
Etika dan Data, Dua Sayap Bisnis Digital
Sesi kedua menghadirkan Dhiya’ As-shidiqy, dosen UIN Kediri, yang mengupas pentingnya data-driven decision dan etika bisnis di era digital. Ia menekankan bahwa kemajuan teknologi tidak boleh mengaburkan nilai moral dan integritas dalam berbisnis.
“Data menunjukkan arah, tapi etika memastikan langkah kita tetap benar,” tegasnya.
Materi ini menjadi pengingat penting bagi para pelaku usaha Muhammadiyah untuk tetap mengedepankan nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan di tengah ketatnya persaingan digital.
Tumbuh Bersama, Berdaya Bersama
Kegiatan yang berlangsung hangat dan penuh antusiasme ini diakhiri dengan penyerahan cinderamata berupa pohon alpukat kepada para narasumber—simbol semangat tumbuh bersama dan berkelanjutan dalam ekosistem usaha Muhammadiyah.
Koordinator SUMU Tulungagung, Lutfy Azizah, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini tidak berhenti sebagai ajang inspirasi, tetapi terus berkembang menjadi ruang kolaborasi dan peningkatan kapasitas pengusaha Muhammadiyah.
“SUMU ingin menjadi ekosistem pengusaha berkemajuan—bukan hanya sukses secara bisnis, tapi juga beretika, berdaya, dan bermanfaat bagi lingkungan,” pungkasnya. (soleh)
