”True love is not looking for the perfect one, but perfecting love for the Almighty Giver of Services”
“(Cinta sejati bukanlah mencari yang sempurna, tapi menyempurnakan cinta pada Sang Maha Pemberi Jasa)”
Sungguh ironi! Kita begitu mudah mencintai dan mengingat jasa manusia yang terbatas, namun sering lalai dalam mencintai Allah SWT, Sang Pemberi segala nikmat tak terhingga dalam hidup kita. Padahal, cinta kita kepada-Nya adalah kunci kebahagiaan sejati.
Allah SWT berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mencintaimu.” (Qs. Ali Imran: 31)
Menurut Tafsir Kemenag, ayat ini menegaskan bahwa bukti nyata kecintaan kepada Allah adalah dengan meneladani dan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Cinta sejati bukan hanya klaim lisan, tetapi harus terwujud dalam kepatuhan syariat.
Dalam hadis, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ
Artinya:
“Siapa yang cintanya karena Allah, bencinya karena Allah, memberinya karena Allah dan tidak memberi pun karena Allah, maka sungguh telah sempurna keimanannya.”(HR. Abu Dawud 4.681)
Dalam hadis ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa cinta dan benci kita, semuanya harus diikat karena Allah. Karena cinta yang tidak diikat dengan cinta Allah SWT, itu menjadi cinta yang tidak bermanfaat.
Oleh karena itu, mari kita koreksi hati. Cinta kepada Allah harus menjadi yang terkuat dan terdepan, dibuktikan dengan ketaatan pada ajaran Rasul-Nya. Itulah jalan meraih cinta, ampunan, dan kesempurnaan iman dari Allah SWT.
Semoga bermanfaat.
