Memasak Dengan Cinta

Memasak Dengan Cinta
*) Oleh : M. Mahmud
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan Jatim
www.majelistabligh.id -

Penulis, menulis ini mungkin agak terlambat dengan hari ibu di Indonesia

Kisah Dimas: Saat Gurunya Melarang, Dia tetap makan ayam gosong bekal ibunya, alasanya bikin terharu

Namanya Dimas. Kelas 7

Setiap jam istirahat, dia selalu jadi pusat perhatian.

Bukan karena dia keren, tapi karena bekal makan siangnya. Isi kotak makanya selalu aneh.

Nasi gorengya hitam legam gosong.

Telur dadarnya hancur berantakan, penuh cangkang.

Kadang ikanya mentah sebelah, gosong sebelah, bentuknya kayak makanan sisa.

Teman-temanya selalu komentar pedas:

“Dim, itu makanan aspal ya?”

“Itu telur apa muntahan kucing”

“Jorok banget sish bekal lo”

Tapi Dimas nggak pernah marah. Dia Cuma senyum, melindungi kotak bekalnya pakai lengan.

“Enak kok,” katanya pelan. “Ini spesial.”

Dia makan dengan lahap.

Setiap suapan dia nikmati.

Padahal saya lihat sendiri, nasinya keras dan ada potongan bawang putih yang belum di iris.

Sebagai Guru, saya kadang gak tega. “Kasihan anak ini,” batin saya.

“ Ibunya mungkin nggak bisa masak, atau nggak peduli dengan gizi anaknya”.

Suatu hari, bekal Dimas parah banget.

Ayam gorengnya hitam pekat. Seperti arang.

Baunya sengit satu kelas

Anak anak makin menjadi jadi ngebully dia.

“ Woi, Dimas bawa batu bara”

“jangan dimakan, nanti usus lo meledak”

Dimas menunduk. Tapi dia tetap makan ayam gosong itu.

Saya nggak tahan. Saya samperin dia, lalu ambil kotak bekalnya.

“Dimas jangan dimakan ini. Ini racun udah gosong begini.”

“Bapak belikan nasi kuning di kantin ya. Buang saja ini.

Dimas menahan tangan saya

Cengkramanya kuat banget.

Matanya merah, air matanya menggenang.

“JANGAN, PAK” teriaknya “jangan di buang”

“Kenapa?! Ini nggak sehat” bentak saya.

“Kamu bisa sakit perut”

“Ini masakan IBU, Pak”

“Ibu udah bangun jam empat pagi buat masak ini” ….

Saya melunak . “Iya, Bapak tahu, Tapi bilang ke IBU, kalau masak hati-hati”.

Masak ayam sampai jadi arang begini”

Dimas menggeleng. Air matanya jatuh membasahi ayam goreng itu.

“Ibu nggak tahu kalau ayamnya gosong pak..”

“Ibu nggak bisa melihat”

Ibu buta, Pak

Mata ibu rusak kerena kecelakaan pabrik tahun lalu.

Kelas mendadak senyap. Nggak ada satupun yang bersuara.

“Ibu msak Cuma pakai perasaan, Pak”

Ibu ngeraba raba kompor panas

Ibu sering kena cipratan minyak, tanganya melepuh semua, cuma biar Dimas bisa bawa bekal kayak teman teman.

Tadi pagi ibu tanya; Dimas, ayamnya wangi gak? Mateng gak?

Dimas bilang: Wangi, Bu. Sempurna,”

Dimas bohong biar ibu senang, Pak.

Kalau Dimas buang makanan ini… berarti Dimas buang perjuangan ibu

Saya lemas

Kotak bekal itu terlepas dari tangan saya

Dimas mengambil ayam gosong itu

Dia memakannya sambil menangis

Enak masakan ibu enak… “ucapannya disela isak tangis.

Bagi kami itu cuma sampah gosong yang tak layak di makan

Tapi bagi Dimas… rasa pahit arang itu tertutup oleh manisnya kasih sayang ibu yang tak terhingga.

Dia memakan kegelapan dunia ibunya, supaya ibunya merasa telah menjadi ibu yang sempurna.

Hari itu saya belajar

Makanan paling enak di dunia ini bukan yang dimasak oleh koki bintang lima.

Tapi yang dimasak dengan penuh cinta, meski dalam kegelapan

Maafkan mulut bapak yang jahat ini Dimas

Kamu anak hebat … Selamat hari ibu untuk seluruh perempuan indonesia
(by lina)

Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Kasih Sayang Ibu dan Anak
1. Q.S. Luqman: 14
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya: Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.598) (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.
598) Selambat-lambat waktu menyapih ialah sampai anak berumur 2 tahun.

Menunjukkan betapa besar pengorbanan ibu sejak mengandung hingga menyapih anak.

2. Q.S. Al-Ahqaf: 15
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Artinya: Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan. Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”

Menekankan perjuangan ibu dalam mengandung dan melahirkan, serta kasih sayang yang tak tergantikan.

3. QS. Al-Isra’: 23–24
۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ
23. Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.426)
426) Sekadar mengucapkan kata ah (atau kata-kata kasar lainnya) kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama, apalagi memperlakukan mereka dengan lebih kasar.
24. Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.”

Mengajarkan anak untuk berbakti, berbicara lembut, dan mendoakan ibu bapak dengan penuh rahmah. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Search