Membangun Kekuatan Psikologis Menghadapi Perundungan: Ikhtiar Parenting dalam Islam

Membangun Kekuatan Psikologis Menghadapi Perundungan: Ikhtiar Parenting dalam Nilai Islam
*) Oleh : Hanif Asyhar, M. Pd, C.H, C.Ht
Trainer Spiritual Healthy Parenting Nasional dan Anggota Majelis Dikdasmen PDM Kab. Malang
www.majelistabligh.id -

Perundungan pada remaja sering hadir tanpa suara keras. Ia menyelinap lewat perubahan yang tampakbiasa “; anak mendadak malas sekolah, tidur berantakan, mudah tersinggung atau cemas setiap kali ponsel berbunyi. Banyak orang tua baru menyadari setelah situasi berjalan lama, bukan karena remaja tak percaya pada keluarga, tetapi karena mereka takut dianggap berlebihan atau disalahkan.

Dalam perspektif Islam, perundungan bukan sekedar kenakalan. Ia dekat denganDilmmelampaui batas dan merendahkan martabat manusia. Allah SWT melarang sikap meremehkan, mengejek, memanggil dengan gelar buruk serta membuka aib orang lain sebagaiman QS. Al Hujurat : 11

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ۝١١

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.

Bahkan prasangka, mencari-cari kesalahan dan ghibah ditegaskan sebagai tindakan yang merusak kehormatan sesama QS. Al Hujurat : 12.

اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ۝١٢

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.

Karena itu, menghadapi perundungan tidak cukup dengan nasihatsabar saja “, perlu ikhtiar yang sistematis, definisi yang jelas, perlindungan yang nyata, komunikasi yang aman, serta penguatan psikologis yang bertumbuh dari nilai keluarga.

Perundungan Berbeda dari Konflik Biasa

Konflik bisa terjadi dari dua arah dan setara, perundungan biasanya melibatkan ketidakseimbangan kuasa, status sosial, fisik, popularitas atau akses kelompok dan terjadi berulang ( atau berpotensi berulang ) yang mana bentuknya dapat beragam baik melalui verbal, fisik, sosial / relasional ( mengucilkan, mempermalukan dan lain sebagainya ).

Oleh karenanya Islam mengajarkan kehormatan manusia tidak boleh dirusak. Rasulullah SAW menegaskanseorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak mendholiminya dan tidak membiarkannya ( tanpa pertolongan ) “. ( HR. Bukhori Muslim ).

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ،

Kalimat ini mengandung dua pesan sekaligus yakni jangan jadi pelaku dan jangan pasif saat melihat orang lain diperlakukan tidak adil.

Dampak yang “ diam-diam” tapi Menghantam

Perundungan pada remaja tidak selalu tampak sebagai tangisan, banyak yang justru membeku; cemas, murung, merasa tidak berharga, menarik diri dari komunitasnya. Dampak lain dari segi akademik yakni konsentrasi menurun ( kurang fokus ), sering bolos sekolah, Isolasi, kesehatan juga menurun karena pola makan dan pola tidurnya berubah. Sedangkan pada perundungan siber anak bisa panik setiap notifikasi masuk, takut membuka gawai atau menutup akun secara mendadak.

Di sinilah keluarga berperan sebagai tempat yang aman. Islam menempatkan tanggung jawab menjaga keluarga sebagai amanah. QS. At Tahrim : 6.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ۝٦

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Melindungi anak termasuk mencari bantuan konselor/psikolog bila perlu, bukan aib, melainkan ikhtiar menjaga amanah.

Kekuatan Psikologis : Bukan Kebal Sedih, tetapi Mampu Pulih

Kesalahan yang sering terjadi adalah menargetkan anakjangan sedihataujangan baper”. Kekuatan psikologis yang sehat bukan kebal emosi, melainkan mampu bertahan, pulih dan bertumbuh, hal itu di mulai dari kemampuan regulasi emosi, keyakinaaku mampu mengambil langkah aman”, dukungan sosial serta pemaknaan nilai.

Al Qur’an berulang kali menekankan penguatan diri melalui kesabaran dan saling menasihati dalam kebenaran sebagaimana dalam surat Al Ashr : 1-3. Namun sabar dalam konteks perundungan bukan pasrah tanpa perlindungan. Sabar adalah mengelola diri sambil menata langkah yang benar. Rasululullah SAW juga mengajarkan standar kekuatan yang matang: “Orang kuat bukan yang menang bergulat, tetapi yang mampu menahan diri saat marah”. ( HR. Bukhari dan Muslim ).

Untuk orang tua hal ini dapat menjadi pengingat penting bahwa respon yang tenang sering lebih dapat menyelamatkan daripada respon yang meledak-ledak.

Pada akhirnya parenting islami bukan sekedar nasihat, melainkan ikhtiar yang beradab, melindungi tanpa brutal, tegas tanpa merendahkan dan membangun daya lenting yang membuat anak mampu berkata, “aku berharga, aku tidak sendiri dan aku punya langkah yang aman”. (*)

Tinggalkan Balasan

Search