Mengapa di Tanahku Terjadi Bencana?

*) Oleh : M. Mahmud
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan Jawa Timur
www.majelistabligh.id -

Jawabannya singkat, bencana di tanah kita terjadi karena kombinasi faktor alamiah (letak Indonesia di Cincin Api Pasifik, iklim tropis, curah hujan tinggi) dan ulah tangan manusia (deforestasi, tambang, perkebunan, pembangunan yang merusak ekosistem). Jadi, bukan sekadar “takdir alam”, tetapi juga akibat dari cara kita mengelola bumi.

Faktor Alamiah
• Letak geografis: Indonesia berada di pertemuan empat lempeng tektonik (Indo-Australia, Eurasia, Pasifik, dan Filipina). Hal ini membuat gempa bumi, tsunami, dan aktivitas vulkanik sering terjadi.

• Cincin Api Pasifik: Indonesia termasuk dalam jalur gunung api aktif dunia. Erupsi gunung berapi adalah bagian dari siklus alam.

• Iklim tropis: Curah hujan tinggi dan pola cuaca ekstrem akibat perubahan iklim meningkatkan risiko banjir, longsor, dan kekeringan.

Faktor Ulah Manusia
• Deforestasi: Kerusakan hutan di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan memperparah banjir dan longsor. Hutan yang hilang berarti hilangnya penyangga air.

• Tambang dan perkebunan: WALHI mencatat lebih dari 600 izin tambang, sawit, dan energi di kawasan hutan Sumatera menyebabkan deforestasi 1,4 juta hektare, memicu banjir bandang dan longsor.

• Pembangunan tak berkelanjutan: Infrastruktur yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan membuat masyarakat semakin rentan.

• Degradasi lingkungan: Pencemaran, alih fungsi lahan, dan eksploitasi sumber daya alam memperlemah ekosistem sehingga bencana lebih mudah terjadi.

Bencana di tanah kita bukan hanya “bencana alam”, melainkan bencana ekologis: alam yang rusak karena ulah manusia. Alam memang punya siklusnya, tetapi kerusakan lingkungan memperparah dampak yang dirasakan masyarakat.

Berita Kepada Kawan

Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk disampingku kawan

Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan

Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari

Tetapi semua diam tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit

Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

Makna Lagu
• Refleksi sosial: Lagu ini bukan sekadar kisah pribadi, melainkan jeritan hati tentang penderitaan masyarakat akibat bencana.
• Pertanyaan moral: Ebiet seakan bertanya kepada sahabat, kepada alam, bahkan kepada Tuhan, mengapa bencana terus terjadi.
• Kritik ekologis: Liriknya mengingatkan bahwa bencana bukan hanya fenomena alam, tetapi juga akibat ulah manusia yang merusak lingkungan.
• Nada spiritual: Ada nuansa doa dan perenungan, seolah mengajak pendengar untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan Sang Pencipta.

Al-Qur’an menjelaskan bahwa bencana (musibah) terjadi karena dua hal: sebagai ujian dari Allah untuk menguji kesabaran dan keimanan hamba-Nya, serta akibat ulah manusia yang merusak tatanan alam dan melanggar aturan-Nya.

1. QS. Al-Baqarah [2]: 155–156

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).”

Menjelaskan bahwa musibah adalah ujian kesabaran.

2. QS. Asy-Syura [42]: 30

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ

“Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).”

Menegaskan bahwa banyak bencana adalah akibat ulah manusia.

3. QS. Ar-Rum [30]: 41

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan adalah sebab munculnya bencana.

4. QS. QS. Al-Ankabut [29]: 2–3

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta.”

Menegaskan bahwa ujian adalah bagian dari iman. (*)

Tinggalkan Balasan

Search