Satu surat yang diterima Tim Fatwa Majelis Tarjih menanyakan tentang makna gelar Al-Masih yang disandarkan kepada Nabi ‘Isa dan juga kepada Dajjal. Pertanyaan ini cukup penting, karena membutuhkan penjelasan berbasis dalil serta pemahaman kebahasaan.
Secara bahasa, al-Masih berasal dari kata masaha – yamsahu – mashan, yang berarti mengusap, menghapus, atau menipu. Makna kata ini beragam sesuai konteks penggunaannya.
Syeikh Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa istilah al-Masih merupakan serapan dari bahasa Ibrani: ﺍَﻟْﻤَﺸِﻴْﺤَﺎ (al-masyīḥā) yang menggunakan huruf syin (ش). Dalam tradisi Bani Israil, istilah tersebut merujuk pada raja yang diusap kepalanya dengan minyak suci saat pelantikan.
Upacara pengurapan inilah yang melahirkan istilah ﺍَﻟْﻤَﺴْﺢُ (al-mash) untuk kerajaan dan ﺍَﻟْﻤَﺴِﻴْﺢُ (al-masīḥ) untuk raja. Oleh sebab itu, istilah al-Masih menjadi gelar bagi tokoh yang diagungkan di tengah masyarakat mereka.
Rasyid Ridha menegaskan, bahwa ketika Nabi ‘Isa lahir dan diberi gelar al-Masih, sebagian Bani Israil mengira bahwa beliaulah sosok pemimpin yang dijanjikan para nabi untuk mengembalikan kejayaan mereka. Namun Nabi ‘Isa bukan raja duniawi; beliau adalah raja ruhaniyah, pemimpin spiritual yang membawa petunjuk Allah, (Rasyid Ridla, III: 305).
Dalam Al-Qur’an, gelar ini disebutkan secara jelas pada QS Ali Imran ayat 45:
إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَامَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripadaNya, namanya Al Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orangorang yang didekatkan (kepada Allah).”
Ayat ini menegaskan bahwa al-Masih adalah nama gelar khusus bagi Nabi ‘Isa, sebagaimana gelar Raden, Kanjeng, atau Kiai pada tradisi Jawa.
Makna Al-Masih ad-Dajjal
Berbeda dengan gelar untuk Nabi ‘Isa, istilah al-Masih pada Dajjal memiliki makna yang berlawanan. Secara bahasa, al-Masih adalah penipu atau yang menutupi kebenaran. Ad-Dajjal adalah pendusta besar.
Mayoritas ulama memaknai al-Masih ad-Dajjal sebagai sosok pembawa kejahatan yang menipu manusia dengan tanda-tanda yang menyesatkan.
Hadis-hadis Nabi menggambarkan Dajjal sebagai makhluk yang sangat berbahaya, bermata juling seperti “biji anggur yang mengapung.” Namun, ia tidak dapat memasuki kota Madinah, karena kota suci itu dijaga oleh malaikat.
Di antara hadis-hadis sahih yang menjelaskan tentang Dajjal adalah:
1. Dajjal datang dari arah Madinah
يَجِيءُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَنْزِلَ فِي نَاحِيَةِ الْمَدِينَةِ ثُمَّ تَرْجُفُ الْمَدِينَةُ ثَلَاثَ رَجَفَاتٍ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ كُلُّ كَافِرٍ وَمُنَافِقٍ
“…Kemudian Madinah bergoncang tiga kali, lalu keluarlah kepada Dajjal setiap orang kafir dan munafik.” (HR. Bukhari)
2. Ciri fisik Dajjal
أَعْوَرُ عَيْنِ الْيُمْنَى كَأَنَّهَا عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ
“Mata kanannya juling, seperti buah anggur yang mengapung.” (HR. Bukhari)
3. Madinah dilindungi malaikat
لَا يَدْخُلُ الْمَدِينَةَ رُعْبُ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ لَهَا يَوْمَئِذٍ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ عَلَى كُلِّ بَابٍ مَلَكَانِ
“Pada seluruh penjuru Madinah terdapat para malaikat; tidak akan memasukinya tha‘un dan Dajjal.” (HR. Bukhari)
4. Nabi memohon perlindungan dari fitnah Dajjal
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَعِيذُ فِي صَلَاتِهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
“Rasulullah saw memohon perlindungan dalam setiap shalatnya dari fitnah Dajjal.” (HR. Bukhari)
Karena banyaknya dalil sahih, para ulama sepakat bahwa Dajjal itu ada. Namun mereka berbeda pendapat apakah Dajjal merupakan makhluk berjisim atau sekadar simbol dari sifat kejahatan yang muncul pada akhir zaman.
Mengapa Sama-Sama Disebut Al-Masih? Ringkasnya, Al-Masih ‘Isa adalah gelar mulia, maknanya yang diusap, yang diberkahi, atau yang membawa petunjuk. Sedangkan Al-Masih ad-Dajjal adalah gelar tercela, maknanya yang menipu, yang menutupi kebenaran, atau pembohong besar.
Dua makna yang bertolak belakang ini menunjukkan bahwa Al-Masih bisa bermakna mulia atau hina sesuai konteksnya.
Kesimpulan
Gelar al-Masih bagi Nabi ‘Isa merupakan gelar kemuliaan dari tradisi para nabi terdahulu, sedangkan gelar yang sama pada Dajjal adalah gelar kehinaan yang menunjukkan sifat penipuannya. Perbedaan makna ini dapat dipahami melalui kajian bahasa, sejarah istilah, dan dalil Al-Qur’an serta hadis. (*)
