Setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional sebagai momentum mengenang peran besar santri dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan moral bangsa. Namun di era digital saat ini, menjadi santri tidak cukup hanya dengan menguasai kitab kuning dan tradisi pesantren. Santri abad ke-21 dituntut menjadi “santri digital”—yakni insan beriman, berilmu, sekaligus melek teknologi.
Dunia digital membuka peluang dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan umat. Namun, ia juga membawa tantangan besar: banjir informasi, hoaks, dan polarisasi sosial. Di sinilah karakter santri yang kritis, berakhlak, dan berwawasan kebangsaan menjadi filter moral bagi masyarakat.
Santri digital bukan sekadar pengguna teknologi, tetapi penggerak etika digital—yang mengedepankan tabayyun sebelum share, dan ta’awun dalam ruang maya.
Pesantren sejatinya memiliki modal sosial luar biasa untuk menumbuhkan ekosistem digital yang beradab. Tradisi ngaji, halaqah, dan tafaqquh fi al-din kini mulai dikontekstualkan dalam platform digital tanpa kehilangan ruh keilmuannya.
Pesantren Arrodlatul Ilmiyah (YTP) Kertosono–Nganjuk, misalnya, telah mendorong para santrinya mengembangkan konten dakwah kreatif melalui YouTube dan podcast edukatif yang membahas kitab klasik dengan bahasa ringan.
Sementara itu, Pesantren Luqmanul Hakim Batumarta OKU Palembang memanfaatkan teknologi untuk memperkuat sistem pembelajaran daring dan literasi digital santri, termasuk pelatihan desain grafis dan jurnalistik islami.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa pesantren tidak lagi tertinggal, melainkan aktif beradaptasi dengan zaman. Refleksi Hari Santri Nasional 2025 harus menjadi titik tolak bagi pesantren dan alumni untuk terus bertransformasi. Menjadi santri digital berarti melanjutkan jihad intelektual dengan alat dan konteks baru: pena berubah menjadi papan ketik, mimbar berpindah ke layar, dan dakwah meluas hingga jagat maya.
Dengan semangat “Jihad Santri Jayakan Negeri”, santri masa kini bukan hanya penjaga moral bangsa, tetapi juga arsitek peradaban digital yang rahmatan lil ‘alamin. (*)
