Mereka Butuh Doa, Bukan Cacian: Nasihat Nabi ﷺ Saat Seorang Mukmin Terjatuh

Mereka Butuh Doa, Bukan Cacian: Nasihat Nabi ﷺ Saat Seorang Mukmin Terjatuh
*) Oleh : Moh. Mas’al, S.HI, M.Ag
Kepsek SMP Al Fatah Sidoarjo & Anggota MTT PDM Sidoarjo
www.majelistabligh.id -

Zaman kini adalah masa di mana dosa seseorang bisa viral sebelum sempat ia bertaubat. Lisan dan jari-jemari manusia menjadi tajam, mencabik harga diri saudaranya yang terjatuh dalam maksiat. Di media sosial, di warung, bahkan di majelis ilmu, kita sering mendengar komentar pedas seperti: “Pantas hidupnya rusak, orangnya juga rusak!” atau “Katanya santri, tapi kelakuannya kayak gitu.”

Fenomena bullying verbal terhadap pelaku maksiat sudah menjadi wabah. Seakan-akan sebagian orang menikmati kejatuhan saudaranya, merasa lebih suci hanya karena belum ketahuan berbuat dosa. Padahal di saat itulah, Rasulullah menegur keras orang-orang yang menambah luka di hati pelaku dosa. Beliau bersabda dengan kalimat yang menohok dan menyadarkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أُتِيَ النَّبِيُّ بِرَجُلٍ قَدْ شَرِبَ الْخَمْرَ، فَقَالَ: «اضْرِبُوهُ»، قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: فَمِنَّا الضَّارِبُ بِيَدِهِ، وَالنَّاعِلُ بِنَعْلِهِ، وَالضَّارِبُ بِثَوْبِهِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ رَجُلٌ: أَخْزَاهُ اللهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ : لا تَكُونُوا عَوْنَ الشَّيْطَانِ عَلَى أَخِيكُمْ»

Dari Abu Hurairah Ra. Bahwa Nabi telah didatangkan seorang laki-laki yang telah minum khamr, lalu beliau bersabda:” Hukumlah ia dengan pukulan” Abu Hurairah berkata: dari kami ada yang memukul dengan tangan, sandal, dan ada yang memukul dengan pakaian. Setelah pukulan selesai, beberapa sahabat Nabi berkata : “Semoga Allah menghinakanmu” Nabi bersabda : “Janganlah kalian menjadi penolong setan terhadap saudara kalian.” (HR. al-Bukhārī no. 6780, Muslim no. 1707)

Sabab al-Wurūd (Latar Belakang Hadis)

Kisah ini terjadi ketika seorang sahabat dipukul karena mabuk. Saat hukuman selesai, sebagian yang hadir mengucapkan, “Semoga Allah menghinakannya.” Namun Nabi segera menegur:

لا تَكُونُوا عَوْنَ الشَّيْطَانِ عَلَى أَخِيكُمْ

Jangan kalian bantu setan untuk mengalahkan saudaramu!”

Komentar yang tampak sepele itu ternyata berpotensi mematikan semangat taubat si pelaku. Dalam penjelasan Ibn Hajar al-‘Asqalānī (Fatḥ al-Bārī, 12/85), Rasulullah ingin mengingatkan bahwa menghinakan orang yang sudah tertimpa hukuman justru membuka jalan bagi setan untuk menjeratnya lebih dalam. Teguran Nabi ini bukan sekadar adab sosial tapi terapi rohani, agar pelaku dosa tidak kehilangan harapan untuk kembali kepada Allah.

Penjelasan Para Pensyarah Hadis

Ibn Hajar al-‘Asqalānī menulis:

أي: لا تقولوا فيه ما يزيده حزناً ووهناً في نفسه حتى يقنط من رحمة الله، فإن ذلك من تسويل الشيطان.

Janganlah kalian berkata sesuatu yang membuatnya semakin sedih dan lemah hingga putus asa dari rahmat Allah, karena itu bisikan setan.”

al-Nawawī menjelaskan:

فيه النهي عن الدعاء على العاصي المعيّن بالهلاك أو اللعن، بل يدعى له بالهداية والتوبة.

Hadis ini melarang mendoakan kebinasaan atau melaknat pelaku dosa tertentu. Hendaklah didoakan agar Allah memberi hidayah dan taubat kepadanya.”

Ibn al-Qayyim menulis dengan keras:

من أعان الشيطان على أخيه بكلمة تثبطه عن التوبة، فقد شاطره في حرب الله.

Siapa yang membantu setan melawan saudaranya dengan ucapan yang membuatnya putus asa dari taubat, berarti ia ikut memerangi Allah.”

Istinbāṭ Hukum dan Nilai Moral

1. Menghina pelaku dosa termasuk perbuatan terlarang. Karena ia menjadi “penerus setan” yang membuat hati orang berdosa semakin hancur.

2. Menasehati dengan kasih sayang lebih utama daripada menghakimi. Nabi tetap menegakkan hukuman, tetapi menutup ruang penghinaan.

3. Mendoakan hidayah lebih dicintai Allah daripada mendoakan kebinasaan. Doa yang lahir dari empati bisa menjadi sebab seseorang kembali ke jalan Allah.

4. Jangan menjadi alat setan. Setan sudah berusaha membuat saudaramu berdosa; jangan engkau bantu dia dengan lisanmu untuk membuat saudaramu putus asa.

Sikap Bijak Seorang Mukmin

Saat melihat saudara jatuh dalam dosa, Nabi mengajarkan: Bimbing, jangan jatuhkan. Tegur dengan lembut, bukan dengan caci.tutup aibnya, bukan sebarkan.

Doakan, bukan hina. Sebagaimana sabda beliau :

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim, no. 2699)

Dalam riwayat lain disebutkan:

مَنْ سَتَرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فِي الدُّنْيَا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa menutupi aib saudaranya di dunia, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.”

(HR. Ibn Mājah, no. 2546; al-Tirmiżī, no. 1931)

Setiap kali kita melihat saudara yang salah langkah, tanyakan pada diri sendiri: Apakah aku sedang menolongnya kembali kepada Allah, atau justru membantu setan menjauhkannya dari taubat?

Setan sudah cukup banyak bala tentaranya — jangan kita menambah satu lagi di antara mereka dengan lisan kita sendiri. “Mereka butuh doa, bukan cacian.”

Karena bisa jadi, hari ini dia yang jatuh — tapi esok, mungkin giliran kita yang diuji. (*)

Referensi;

  • al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, no. 6780
  • Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, no. 1707, 2699.
  • Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Fatḥ al-Bārī, juz 12.
  • al-Nawawī, Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim, juz 11.
  • Ibn al-Qayyim, Madārij al-Sālikīn, juz 1.
  • al-Ghazālī, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Kitāb al-Taubah.

Tinggalkan Balasan

Search