Pimpinan Pusat Muhammadiyah resmi menetapkan awal Ramadan 1447 Hijriah jatuh pada Selasa, 18 Februari 2026. Penetapan ini dilakukan mengacu pada perhitungan Kalender Hijriah Global Terpadu (KHGT), sistem perhitungan astronomis yang selama ini digunakan Muhammadiyah untuk menentukan awal bulan Qamariyah.
Dengan metode ini, tanggal penting ibadah Islam dapat diumumkan jauh-jauh hari sehingga umat bisa mempersiapkan diri lebih baik.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr. H. Sholihin Fanani, menyampaikan rasa syukurnya atas kejelasan penentuan awal Ramadan jauh sebelum waktunya.
“Alhamdulillah Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1447 H jatuh pada tanggal 18 Februari 2026. Monggo dipersiapkan segala sesuatunya. Semoga kita bisa menjalankan puasa Ramadhan tahun ini dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Aamiin ya rabbal alamin,” ujarnya di Surabaya, Sabtu (27/09/2025).
Menurut Sholihin Fanani, metode KHGT yang digunakan Muhammadiyah memiliki dasar ilmiah dan telah melalui kajian astronomi yang ketat. Dengan metode ini, Muhammadiyah dapat memberikan kepastian waktu kepada umat.
“Metode KHGT sudah teruji secara ilmiah. Ini bagian dari ikhtiar Muhammadiyah untuk memberikan kepastian kepada umat sehingga warga Muhammadiyah dapat mengoptimalkan ibadah Ramadhan sejak awal hingga akhir,” terangnya.
Kalender Hijriah Global Tunggal—adalah inovasi kalender Islam yang dikembangkan Muhammadiyah untuk menyatukan penentuan awal bulan secara global. Sistem ini lahir dari keputusan Musyawarah Nasional Tarjih ke-32 pada Februari 2024, dan mulai diberlakukan secara resmi oleh Muhammadiyah sejak 1 Muharram 1447 H. KHGT dipandang sebagai penyempurnaan metode hisab hakiki (wujudul hilal) yang selama ini menjadi rujukan Muhammadiyah.
Salah satu pilar utama KHGT adalah Ittihād al-Maṭāli‘ (kesatuan mathla‘), yakni pandangan bahwa jika hilal memenuhi kriteria tertentu di satu tempat di bumi, maka status awal bulan itu berlaku bagi seluruh dunia tanpa melihat batas-batas geografis.
Dalam aspek teknis astronomi, KHGT menetapkan parameter minimal tinggi hilal 5° dan elongasi 8°, yang harus dipenuhi sebelum pukul 00.00 GMT. Dengan demikian, kawasan lain yang tidak bisa melihat hilal tetap mengikuti penetapan yang sama.
Sholihin Fanani mengajak seluruh warga Muhammadiyah untuk memperkuat persiapan lahir dan batin menjelang Ramadhan.
“Kita harus memperdalam pengetahuan agama, meningkatkan kualitas ibadah, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Dengan persiapan yang baik, amalan Ramadhan akan lebih maksimal dalam meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT,” katanya.
Ia berharap keputusan ini semakin menguatkan komitmen Muhammadiyah dalam mengedepankan ilmu pengetahuan dan ketepatan hisab dalam menentukan waktu-waktu ibadah. “Mari kita sambut Ramadhan 1447 H dengan penuh semangat, disiplin, dan kesungguhan untuk meningkatkan kualitas diri serta kontribusi bagi masyarakat luas,” tutupnya. (m roissudin)
