Mukjizat Nabi Muhammad SAW

Mukjizat Nabi Muhammad SAW
*) Oleh : Muhammad Nashihudin, MSi
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur
www.majelistabligh.id -

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Tidak, demi Allah, Allah tidak menjadikan Al-Qur’an baginya sebagai kesusahan. Tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat, cahaya, dan petunjuk ke surga.

{إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى}

tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). (Thaha: 3)

Sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an)-Nya dan mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat buat hamba-hamba-Nya, agar orang ingat kepada-Nya, dan mengambil manfaat dari apa yang ia dengar dari Kitabullah. Al-Qur’an adalah peringatan yang diturunkan oleh Allah, di dalamnya disebutkan halal dan haram.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{تَنزيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلا}

yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Thaha: 4)

Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu, hai Muhammad, adalah dari Tuhanmu, Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya serta Yang Mahakuasa atas apa yang dikehendaki-Nya. Dialah yang menciptakan bumi yang datar lagi padat (tebal), dan Dialah yang menciptakan langit yang tinggi lagi lembut (tidak kelihatan)

Di dalam hadis yang dinilai sahih oleh Imam Tirmidzi dan lain-lainnya disebutkan bahwa ketebalan setiap langit sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Dan antara permukaan suatu langit ke langit yang lainnya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun.

Ibnu Abu Hatim dalam bab ini telah mengetengahkan Hadisul Au’lai melalui riwayat Al-Abbas, paman Rasulullah.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah Yang istiwa di atas ‘Arasy. (Thaha: 5)

Mengenai pembahasan makna istiwa telah disebutkan di dalam surat Al-A’raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam surat ini. Dan pemahaman yang lebih aman dalam mengartikan makna lafaz ini (yang menurut makna asalnya ialah bersemayam) adalah menurut pemahaman ulama Salaf, yaitu memberlakukan makna hal yang seperti ini dari KitabulIah maupun sunnah Rasul (shallallahu ‘alaihi wasallam) dengan pengertian yang tidak dibarengi dengan penggambaran, tidak diselewengkan, tidak diserupakan, tidak dikurangi, tidak pula dimisalkan.
Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى}

Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit dan yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. (Thaha: 6)

Yakni semua adalah milik Allah, berada dalam genggaman kekuasaanNya, dan berada dalam pengaturan-Nya, kehendak dan keinginan serta hukum-Nya. Dialah Yang Menciptakan semuanya, Yang Memilikinya, dan yang menjadi Tuhannya; tiada Tuhan selain Dia.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{وَمَا تَحْتَ الثَّرَى}

dan semua yang di bawah tanah. (Thaha: 6)

Muhammad ibnu Ka’b mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah semua yang ada di bawah bumi lapis ketujuh.

Al-Auza’i mengatakan, sesungguhnya Yahya ibnu Abu Kasir pernah menceritakan kepadanya bahwa Ka’b pernah ditanya, “Apakah yang ada di bawah bumi ini?” Ka’b menjawab, “Air.” Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah air?” Ka’b menjawab.”Tanah.” Ditanyakan lagi.”Apakah yang ada di bawah tanah?” Ka’b menjawab, “Air.” Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah air?” Ka’b menjawab, “Tanah.” Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah tanah?” Ka’b menjawab, “Air.” Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah air?” Ka’b menjawab, “Tanah.” Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah tanah?” Ka’b menjawab, “Air.” Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah air?” Ka’b menjawab, “Tanah.” Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah tanah?” Ka’b menjawab, “Batu besar.” Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah batu besar?” Ka’b menjawab, “Malaikat”. Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah Malaikat?” Ka’b menjawab, “Ikan yang menggantungkan buntutnya ke ‘ Arasy.” Ditanyakan lagi, “Apakah yang ada di bawah ikan itu?” Ka’b menjawab, “Udara dan kegelapan,” lalu terputuslah pengetahuannya sampai di sini.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ الله بن أخي بن وَهْبٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاش، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ دَرَّاج، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلَالٍ الصَّدَفي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ الْأَرَضِينَ بَيْنَ كُلِّ أَرْضٍ وَالَّتِي تَلِيهَا مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَالْعُلْيَا مِنْهَا عَلَى ظَهْرِ حُوتٍ، قَدِ الْتَقَى طَرَفَاهُ فِي السَّمَاءِ، وَالْحُوتُ عَلَى صَخْرَةٍ، وَالصَّخْرَةُ بِيَدِ الْمَلَكِ، وَالثَّانِيَةُ سِجْنُ الرِّيحِ، وَالثَّالِثَةُ فِيهَا حِجَارَةُ جَهَنَّمَ، وَالرَّابِعَةُ فِيهَا كِبْرِيتُ جَهَنَّمَ، وَالْخَامِسَةُ فِيهَا حَيَّاتُ جَهَنَّمَ وَالسَّادِسَةُ فِيهَا عَقَارِبُ جَهَنَّمَ، وَالسَّابِعَةُ فِيهَا سَقَر، وَفِيهَا إِبْلِيسُ مُصَفّد بالحديد، يد أمامه ويد خلفه، فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُطْلِقَهُ لِمَا يَشَاءُ أَطْلَقُهُ”

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah keponakanku, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Sulaiman, dari Darij, dari Isa ibnu Hilal As-Sadfi, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda, “Sesungguhnya bumi itu berlapis-lapis; jarak antara satu lapis dengan lapis lainnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun. Lapisan yang paling atas darinya berada di atas punggung ikan besar yang kedua sisinya (ekor dan kepalanya) bertemu di langit, sedangkan ikan itu berada di atas batu yang mahabesar, dan batu besar berada di tangan malaikat. Lapis yang kedua adalah tempat penahanan angin, lapis yang ketiga mengandung batu-batuan Jahanam, lapis yang keempat mengandung kibrit (fosfor) neraka Jahanam, lapis yang kelima dihuni oleh ular-ular Jahanam, lapis yang keenam dihuni oleh kalajengking Jahanam, dan lapis yang ketujuh terdapat saqar dan juga iblis yang dibelenggu dengan besi; salah satu dari tangannya dikedepankan, sedangkan yang satunya lagi dikebelakangkan; apabila Allah bermaksud melepaskannya untuk sesuatu yang dikehendaki-Nya, maka Dia melepaskannya.”

Tinggalkan Balasan

Search