*) Oleh: Muhammad Nashihudin, MSi
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur
Harta yang dimiliki adalah titipan ilahi, harta yang dimiliki hanyalah amanah, ada hak orang lain dan tidak akan dibawa mati kecuali yang diinfaqkan fi Sabilillah
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَ قَا مُوا الصَّلٰوةَ وَاَ نْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَا نِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَا رَةً لَّنْ تَبُوْرَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi,”
(QS. Fatir 35: Ayat 29)
Orang orang yang tidak bersyukur dan kufur lalu tak mau membayar zakat, hati mereka tertutup oleh sifat rakus dan hedonisme sehingga menjadi stres dan tidak taat kepada Allah SWT.
Setan akan menjadi teman setia bagi orang yang zalim, kikir dan bakhil.
Sungguh miris ketika ada seorang yang kaya, berpunya lalu merasa dirinya sukses karena ilmu dan kepintarannya dalam berbisnis sehingga tidak lagi mau berbagi dan peduli.
كَلَّا بَلْ ۜ رَا نَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka*
كَلَّاۤ اِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَ
“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.”
(QS. Al-Muthaffifiin 83: 14- 15)
2. Beruntung orang orang yang jiwa dan harta bersih
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰٮهَا
“sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),”
وَقَدْ خَا بَ مَنْ دَسّٰٮهَا
“dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams 91: Ayat 9- 10)
3. Setan selalu berusaha untuk menjadikan orang pelit
اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْـفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِا لْفَحْشَآءِ ۚ وَا للّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 268)
4. Kajian Tafsir Ibnu Katsir tentang dampak buruk dari riba
.Al-Baqarah, ayat 275
{الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (275) }
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu karena mereka berkata (berpendapat) bahwa sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
