*) Oleh: Muhammad Nashihudin, MSi
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur
Harta yang dimiliki oleh seorang muslim sesungguhnya memiliki hak orang lain yang harus ditunaikan, berupa zakat. Zakat fitrah dan zakat mal yang dihimpun oleh para amil zakat dari umat untuk umat, memiliki nilai strategis yang sangat besar, dengan jumlah nominal mencapai milaran rupiah.
Begitu pentingnya zakat, infaq, dan sedekah sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara baik dan profesional agar tepat sasaran dan memenuhi target untuk delapan golongan mustahiq yang berhak menerima.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْاَ حْبَا رِ وَالرُّهْبَا نِ لَيَأْكُلُوْنَ اَمْوَا لَ النَّا سِ بِا لْبَاطِلِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ وَا لَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak di antara orang-orang alim dan rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan cara yang batil, dan (mereka) menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.”
(QS. At-Taubah 9: Ayat 34)
يَّوْمَ يُحْمٰى عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَـنَّمَ فَتُكْوٰى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ وَظُهُوْرُهُمْ ۗ هٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِاَ نْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُوْنَ
“(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam Neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung, dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, ‘Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.'”
(QS. At-Taubah 9: Ayat 35)
Zakat, infaq, dan shodaqoh harus senantiasa ditunaikan untuk memastikan pemerataan kebahagiaan bersama di antara umat. Ancaman bagi mereka yang enggan menunaikan kewajiban ini juga banyak ditemukan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:
- Larangan Berbuat Bakhil (Kikir)
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْـرًا لَّهُمْ ۗ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۗ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَ لِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَ رْضِ ۗ وَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 180)
2. Larangan menyuruh orang untuk bakhil
ٱلَّذِيْنَ يَـبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّا سَ بِا لْبُخْلِ وَيَكْتُمُوْنَ مَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ وَ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَا بًا مُّهِيْنًا
“(yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 37)