Kemudian Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman:
{بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا}
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, (Al-A’la: 16)
Yakni kamu lebih mendahulukan kepentingan duniawi daripada kepentingan akhirat, dan kamu memandangnya sebagai tujuanmu karena di dalamnya terkandung kemanfaatan dan kemaslahatan kehidupanmu.
{وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى}
Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A’la: 17)
Yakni pahala Allah di negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada kesenangan dunia. Karena sesungguhnya dunia itu pasti akan fana dalam waktu yang singkat, sedangkan kehidupan akhirat mulia lagi kekal. Maka bagaimana orang yang berakal bisa lebih memilih hal yang fana atas hal yang kekal, dan lebih mementingkan hal yang cepat lenyapnya serta berpaling dari memperhatikan negeri yang kekal dan pahala yang kekal di akhirat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا ذُوَيد، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عُرْوَة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دارَ لَهُ، وَمَالُ مَنْ لَا مَالَ لَهُ، وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لَا عَقْلَ لَهُ”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Duraid, dari Abu Ishaq, dari Urwah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) telah bersabda: Dunia ini adalah rumah bagi orang yang tidak mempunyai rumah, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan karena untuk dunialah orang yang tidak berakal menghimpun hartanya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Ata, dari Urfujah As-Saqafi yang telah mengatakan bahwa ia belajar mengenai firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala) di bawah ini dari Ibnu Mas’ud. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A’la: 1) ketika bacaannya sampai pada firman-Nya: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. (Al-A’la: 16) Maka Ibnu Mas’ud meninggalkan bacaannya, lalu menghadap kepada murid-muridnya dan berkata, “Kita lebih memilih dunia daripada akhirat.” Kaum yang hadir terdiam, dan Ibnu Mas’ud kembali berkata, “Kita telah memilih dunia, karena kita melihat perhiasannya, wanita-wanitanya, makanan dan minumannya sedangkan kepentingan akhirat kita dikesampingkan. Maka berarti kita memilih kehidupan yang segera ini dan kita tinggalkan kehidupan akhirat kita.” Hal ini yang keluar dari Ibnu Mas’ud r.a. merupakan ungkapan tawadu’ (rendah diri)nya, atau barangkali dia hanya mengungkapkan tentang jenis keduanya semata-mata; hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْهَاشِمِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ أَبِي عَمْرٍو، عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مِنْ أَحَبِّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ، ومَن أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ، فَآثِرُوا مَا يبقَى عَلَى مَا يَفْنَى”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja’far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib ibnu Abdullah, dari Abu Musa Al-Asy’ari, bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda: Barang siapa yang mencintai dunianya, berarti merugikan akhiratnya; dan barang siapa yang mencintai akhiratnya, berarti merugikan dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal di atas apa yang fana.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid. Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abu Salamah Al-Khuza’i, dari Ad-Darawardi, dari Amr ibnu Abu Amr dengan lafaz dan sanad yang semisal.
Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:
{إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى}
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A’la: 18-19)
قَالَ الحافظ أبو بكر البزار: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا مُعتمر بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى} قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “كَانَ كُلُّ هَذَا-أَوْ: كَانَ هَذَا-فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى”
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Ma’mar ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A’la: 18-19) Maka Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda: Adalah semuanya ini atau adalah hal ini terdapat di dalam kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui ada sanad yang lebih kuat dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas selain sanad ini dan hadis lainnya yang diriwayatkan semisal dengan sanad ini.
قَالَ النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ: كُلُّهَا فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى، فَلَمَّا نَزَلَتْ: {وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى} [النَّجْمِ:37] قَالَ: وفَّى {أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى}
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Al-Mu’tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A’la: 1) Maka Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda, bahwa semuanya itu terdapat di dalam lembaran-lembaran Ibrahim dan Musa. Dan ketika firman-Nya diturunkan, yaitu: dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selain menyempurnakan janji. (An-Najm: 37) Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda, bahwa Ibrahim telah menyempurnakan janji. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (An-Najm: 38)